Break Time

by Surijani

Banyak bencana yang terjadi sejak akhir tahun lalu. Mulai dari demo di Hongkong, banjir di Jakarta, bushfires di Sydney, terbunuhnya Jenderal Iran, Coronavirus yang bermula dari seafood market di Wuhan, China, kematian tragis pemain basket legendaris, Kobe Bryant beserta putrinya, Gigi. Melonjaknya harga saham dan kurs USD, isolasi kota Wuhan, penutupan banyak destinasi maskapai penerbangan, serta aksi memborong masker, sanitizer, dan sembako di banyak belahan bumi. Dunia tampak panik dan error. Sangat berbeda dari biasanya. Dunia yang biasanya bergerak begitu cepat dan dinamis, kini seakan di paksa bergerak melambat dan sedikit pasif. Orang-orang yang biasa bebas aktif berada di jalanan dan tempat tempat hiburan, tiba-tiba mesti lebih banyak berada di rumah. Di sini kita bisa melihat efek domino dari sebuah event. Apalagi terjadi di sebuah negara yang di daulat terpadat di dunia. Tiba-tiba rantai ekonomi seakan tersendat. Beberapa produk hilang dari pasaran. Ini menunjukkan Oneness. Satu terluka akan mempengaruhi yang lainnya. Kita juga bisa melihat kebaikan (real kindness) lebih jelas dan murni. Walau tetap saja terlihat ada yang mengail di air yang keruh. Atas nama Ego dan Power.

Kalau Tuhan berkehendak. Segalanya mungkin. Seperti membalikkan telapak tangan saja. Membuat saya semakin tepekur dan eling. Hidup di dunia ini sangat rentan dan tidak pasti. Kita sering berencana, pada akhirnya Tuhan yang berkuasa atas hidup kita. Hidup yang tidak permanen hanya menyisakan pertanyaan tentang tujuan hidup yang sebenarnya. Mengapa tidak langsung saja mencari jalan tercepat mengakhiri penderitaan?

Karena Covid-19, saya menunda perjalanan ke luar negeri dalam waktu cukup lama. Saya berkesempatan mengikuti Zero Ego retreat Ajahn Brahm di sebuah hotel di Dream Land, Pecatu, Bali, yang sudah saya daftar sebelumnya. Retreat dihadiri oleh 192 peserta. Retreat yang menarik, karena sangat relaxing dan bersifat Universal. Peserta di beri kebebasan memilih posisi meditasi. Boleh bersila, duduk di kursi, ataupun berbaring. Sangat cocok buat pemula, karena tidak terlalu stres dengan berbagai aturan ketat. Saya yang telah terbiasa dengan meditasi juga merasa senang. Walaupun bukan hal baru, ada saja hal yang bisa saya pelajari. Juga ada kesempatan melakukan pelayanan. Saya menyukai cara Ajahn Brahm menyampaikan pesannya. Kebijaksanaannya. Lewat cerita-cerita sederhana dan tidak terburu-buru penyampaiannya. Ritmenya terjaga. Mudah dipahami dengan emosi yang sangat terkontrol. Tampak jelas Ajahn Brahm sudah menguasai dirinya sendiri. Dengan big smile yang menjadi ciri khasnya. Beliau selalu melayani meditator yang minta tanda tangannya atau sekedar berfoto. Tidak lupa senyum yang selalu mengembang, tersungging dibibirnya. Praktek unconditional love selalu terpancar. Kali ini saya mengajak adik dan beberapa teman. Mereka tampak senang dan menikmati saat retreat. Tahun depan kami berencana mengajak Ibu kami ikut retreat. Kalau lelah, Ibu bisa istirahat di kamar hotel.

Refleksi dan konsisten melatih diri sangat penting. Meditasi melatih pikiran kita lebih tenang dan damai. Seiring dengan akumulasi waktu yang kita pakai bermeditasi, kapasitas diri kita juga menjadi lebih besar. Kita bisa menyerap pelajaran baru lebih mudah. Bisa lebih peka dan memahami rahasia Alam Semesta. Semakin dekat dengan Jati Diri membuat kita lebih memahami orang lain. Karena pada dasarnya kita semua bersumber dari Sumber yang sama. Kita semua merupakan percikan Ilahi yang tengah mencari pengalaman di duality world, sebelum akhirnya tercerahkan dan bersatu kembali dengan Sang Pencipta atau The Creator. Dengan berkurangnya Ego, memudahkan kita untuk menjalin hubungan dengan sesama, tanpa melihat false identity. False identity yang di buat oleh manusia inilah yang membuat kita menderita, apabila kita tidak bisa merealisasikan harapan-harapan dan impian kita. Seperti yang Ajahn Brahm babarkan. Kita mati tidak membawa Ketenaran, Harta Benda, Keluarga ataupun Teman, tetapi membawa Karma kita. Karma baik adalah investasi terbesar yang kita tanam di dalam hidup ini.

Retreat Ajahn Brahm cocok buat lansia dan anak remaja yang tengah mencari Jati Diri. Di mana mereka bisa mendengar Kebenaran dan Kebijaksanaan tanpa tekanan, dan aturan-aturan yang membuat stres. Juga waktu yang cukup singkat, hanya 3 hari dan 2 malam. Peserta juga di beri kesempatan untuk bertanya. Apabila suasana relax dan happy tercipta, tentu wejangan yang disampaikan akan lebih mudah untuk di serap. Dikatakan Ajahn Brahm, waktu yang terpenting adalah Now, kita mesti bisa melatih Letting Go, orang yang terpenting adalah orang yang berada di depan kita saat ini, Caring atau perhatian kepada sesama mesti di pupuk dan sangat penting. Suka membantu, ada waktunya kita yang akan butuh bantuan orang lain. Jangan terlalu melekat terhadap masa lalu, karena terlalu berat. Mesti di lepas. Sehingga hati kita bebas dan lapang. Bisa move on. Kalau kita bahagia, pikiran terang, tidak kuatir berlebihan, imun sistem tubuh kita juga akan meningkat, dan kita bisa lebih sehat. Kata-kata yang disampaikan sangat sederhana dan sering kita dengar. Tetapi Kebenaran adalah Kebenaran. Selalu senang mendengarkannya. Memupus kerinduan mendalam terhadap esensi Jati Diri kita yang alami dan sebenarnya.

Sungguh ini merupakan momen yang sangat tepat. Di tengah merebaknya kasus Coronavirus. Lebih baik waktu yang berharga kita gunakan untuk menyirami jiwa. Kita memerlukan refleksi mendalam dengan apa yang tengah terjadi di dunia ini. Kebahagiaan bukan ada di tempat nun jauh di sana, tetapi tepat di sini, di saat ini. Saatnya kita semua merenung, Break Time, dan mengendalikan ego kita menjadi zero. Dalai Lama mengatakan, “This planet doesn’t need more successful people. This planet desperately need peacemakers, healers, restorers, storytellers and lovers of all kinds.”

Saya selalu bahagia bertemu para Master. Bertemu banyak kenalan baru. Terutama yang memiliki ketertarikan yang sama. Alike attract alike. Juga berkesempatan mendapat pengalaman baru. Menikmati suasana baru. Setiap orang atau apapun yang bisa mengubah diri saya menjadi lebih baik dari diri saya sebelumnya adalah Master. Dan saya berkesempatan memiliki banyak Master dalam satu kehidupan ini. Sebuah anugerah yang indah dan luar biasa. Sudah saatnya unsur Yin menyeimbangkan unsur Yang, di mana sudah mendominasi The Universe selama beberapa dekade. Saya rasakan gema spiritualiti (unconditional love) di mana mana.

May all beings be happy n free
Love you all

❤️

Kiss the Rain-by Yiruma

You may also like

4 comments

Suryanty S March 5, 2020 - 11:18 pm

Thank you mrs Surijani. Tulisannya sangat menginspirasi dan dpt menjadi motivasi saya. Wonderful. God bless you.

Reply
Surijani March 7, 2020 - 6:20 pm

Hi mrs Yanty, most welcome. Ikut senang mendengarnya. Take care. God bless you.

Reply
Cahyadi sani March 7, 2020 - 9:56 am

Thank you , very blessed

Reply
Surijani March 7, 2020 - 6:22 pm

Hello Yadi, thank you. Happy weekend. God bless you.

Reply

Leave a Reply to Suryanty S Cancel Reply