BEING GRATEFUL

by Surijani

“Continuous practice, day after day, is the most appropriate way of expressing gratitude. This means that you practice continuously, without wasting a single day of your life, without using it for your own sake. Why is it so? Your life is a fortunate outcome of the continuous practice of the past. You should express your gratitude immediately”.

Sepanjang hidup…
Saya menyukai kebebasan berekspresi, berpikir, berbicara, tanpa judgements. Boleh di bilang these are my true colors personality. Dan akhir-akhir ini saya intens membiarkan my true colors semakin bertumbuh dan bersinar. Setelah menyadari hal ini sangat penting dan tidak boleh di pendam apalagi diabaikan. Saya memilih kedamaian dan courage. Menghindari energi negatif dan konflik. Setelah solid dan memahami diri, saya otomatis juga memperlakukan orang lain seperti saya memperlakukan diri saya sendiri.

Kembali ke Auckland, NZ, setelah waktu yang lama, membuat saya semakin terhubung dengan diri sendiri. Di sana teman sangat terbatas dan semua orang fokus melakukan aktifitasnya masing-masing. Tidak ada waktu menciptakan drama kehidupan yang menghabiskan energi, juga basa-basi. Perasaan sepi yang pertama hinggap, perlahan mulai memudar. Menjadikan diri sendiri sebagai sahabat adalah tindakan tepat dan bijak. Karena diri sendiri yang akan menemani kita sampai akhir hayat. Energi yang tak tersia-sia, menjadikannya fokus dan terkumpul. Saya rasakan jelas meluber, saat meditasi yang rutin saya lakukan. Hal itu tanpa terasa, kembali membawa saya ke alpha state. Relax state.

Saat energi kita berubah, kita akan terkesima banyak hal yang berubah dengan diri kita. Seperti selera makanan, pakaian, teman, lingkungan, bahkan destinasi yang kita tuju. Pola makan juga mengalami perubahan. Sehari cukup hanya sekali makan. Itupun dalam porsi kecil. Selebihnya hanya buah-buahan. Semua terkesan ada polanya. Mengikuti pola energi yang kita miliki.

Sydney…
Di sebuah kesempatan…
Saya duduk tenang di sebuah taman belakang kumpulan restoran, menunggu kerabat dekat yang tengah konsultasi ke dokter. Saya tidak boleh menemani karena protokol covid. Dalam diam, saya mengamati ada pesawat lewat…anak bermain…orang bercakap-cakap…orang-orang bekerja…
It’s so simple and beautiful. Andai desires tidak terlalu lekat menguasai diri kita, semua terasa lambat dan damai. Indah dan berarti.

Suatu hari saat lunch time…
Saya dan kerabat dekat masuk ke sebuah restoran Vietnam. Ada pilihan Pho vegetarian untuk kerabat. Di sebelah meja kami, yang letaknya tepat di depan pintu masuk, terlihat seorang wanita paruh baya tengah menyuapi ibunya yang memiliki gangguan saraf motorik. Tak lama kemudian, kursi yang sama, diduduki seorang tuna netra, yang makan sendirian…Tanpa mengharap dikasihani. Sangat mandiri. Kelihatannya itu meja favorit pengunjung disabled, karena paling mudah di jangkau dan leluasa untuk keluar. Di sini merupakan hal yang lumrah melihat people with disabilities di sekitar kita. Hak dan kebebasan hidup mereka sama dengan kita yang masih sehat. Terlebih dengan adanya fasilitas lengkap yang disediakan pemerintah untuk memudahkan aktifitas mereka.

Setelah melakukan check up rutin, secara mendadak…saya diharuskan menjalani operasi. Ada penebalan di dinding rahim. Pertama saya tenang. Kerabat bertanya apakah perasaan saya baik saja? Entah, kali ini ada perasaan kuatir. Sangat berbeda dengan perasaan saat operasi sebelumnya. Begitu banyak hal yang terjadi selama pandemi ini. Hidup dan mati hanya sebatas selaput tipis. Tanpa disadari air mata menitik. Semoga semuanya berjalan dengan aman, mudah, dan lancar. Karena saya mencintai hidup saya. Masih banyak hal yang ingin saya lakukan untuk pelayanan. Waktu saya di dunia ini sangat berharga. Bisikan lembut dokter anestesi, you are in good hands, terasa lega dan menenangkan.

Singapura…
Saya bertemu kerabat yang tengah menemani suaminya kemoterapi. Kami dipertemukan secara ajaib, atas kuasa Tuhan. Malam sebelumnya saya berkata di dalam hati, bahagia andai ada teman di sini. Bukan suatu kebetulan, kerabat yang saya temui tinggal di satu kompleks hanya beda tower. Entah…Saya berusaha menjadi mindful dan present untuk segala sesuatu yang unfolding di hadapan saya. Memiliki kesempatan untuk napak tilas, menemui orang-orang yang berjasa di masa lalu, yang tanpa sadar kurang saya perhatikan. Juga berkesempatan bertemu kerabat lain dari Bali. Sebelum dia menjalani operasi punggung di Gleneaglas hospital. Kami menghabiskan waktu yang indah, kuliner bersama di sekitar Bugis area.

Saat pulang dari makan pagi di jalan Batu. Saya di jemput pengemudi online wanita. Dia bercerita, suaminya mengalami stroke sudah lama sekali. Saat ini dia menjadi pencari nafkah tunggal untuk membiayai keluarga. What a beautiful personality. Dulu wanita ini adalah security sebuah perusahaan terkenal. Melihat semangatnya yang tinggi, ramah, dan positif, timbul keinginan membayar lebih. Semoga pemberian ini bermanfaat.

Saat itu, saya juga tengah memantau perkembangan seorang kerabat dekat yang mesti rutin menjalani terapi siltuximab, sejenis kemoterapi untuk penderita autoimun, setiap 3 minggu sekali selama 2 tahun di sebuah hospital. Setahun sudah terlewati, masih tersisa satu tahun terapi untuk dijalani. Semua dilakukan sendiri dan mandiri. Terkadang jarum suntik tidak masuk dengan baik ke pembuluh vena dan mesti di ulang sampai 3 kali. Saat saya tanyakan kondisi, kerabat sangat tegar dan mengatakan, tengah menjalani perbersihan karma masa lalu.

Jakarta…
Saya menerima beberapa pesan di handphone saya. Saat ini banyak teman tengah berjuang menghadapi hidup. Pandemi selama 2 tahun membuatnya lebih nyata. Beberapa teman mengalami gangguan kesehatan, relationship, juga kesulitan finansial. Sering rasa sesak mereka tidak ada yang menampung untuk berbagi, dan mesti dihadapi sendirian.

Saya melihat…
Begitu banyak penderitaan di dalam kehidupan kita. Ada yang mampu menghadapinya, ada yang tidak. Tiba-tiba batin saya menangis. Saya teringat dan lebih memahami mengapa Avalokiteshvara lebih memilih untuk menunda His enlightenment untuk menyelamatkan mahluk hidup di bumi mencapai pembebasan dari penderitaan dan proses kematian dan kelahiran (samsara). Juga para Nabi dan para Guru yang di utus ke dunia fana ini. Untuk mencerahkan dan mengurangi penderitaan umat manusia.

Saat hidup memaksamu…
Akan keluar kekuatan terbaikmu. Apapun lessons yang diberikan, akan membuat kita menjadi pribadi yang lebih baik dari diri kita sebelumnya. Mampu melihat keadaan dari 2 sisi, membuat kearifan kita muncul. Sehingga bisa melihat hidup dan kehidupan secara lebih proporsional dan always be grateful.

Gratitude unlocks the fullness of life. It turns what we have into enough, and more. It turns denial into acceptance, chaos to order, confusion to clarity. It can turn a meal into a feast, a house into a home, a stranger into a friend. Gratitude makes sense of our past, brings peace for today and creates a vision for tomorrow”.

May all beings be happy and free from sufferings n cause of sufferings

❤️ you all 

Quotes-by Zen Master Dogen n Melody Beatti
Coloratura-by Coldplay

You may also like

6 comments

Benny Atnil June 12, 2022 - 9:20 am

Lu…ar biasa..tx Bu Cuaca Surijani
Semoga semua bisa men jalani dalam Kehidupan ini

Reply
Surijani June 12, 2022 - 6:27 pm

Dear dr Benny Atnil…terimakasih yang tulus juga, telah memberi saya kesempatan bertumbuh unconditionally dan menjadi bagian dari my spiritual journey. God bless❤️

Reply
Selly June 15, 2022 - 6:38 am

Luar biasa menyentuh hati.
Semoga kita kuat menjalani kehidupan ini
Apapun permasalahan yang kita hadapi

Reply
Surijani June 15, 2022 - 7:00 pm

Amen…Dear Selly, thanks for beautiful vibration n courages…God bless❤️

Reply
Suryanty June 25, 2022 - 6:06 pm

Thank you Yek Ming unt renungan dan inspirasinya yg luar biasa. Apapun yg terjadi dalam hidup ini tetaplah mengucap syukur pada Tuhan sumber segala kedamaian kekuatan’dan kebahagiaan. Semoga kita semua dalam lindungan Tuhan yang maha baik. Gbu

Reply
Surijani June 27, 2022 - 9:39 am

Dear Yanty, most welcome. God bless❤️

Reply

Leave a Reply to Surijani Cancel Reply