
“I am Self-Love…”
Self love merupakan esensi yang sangat penting. Dengan memahami diri sendiri, membuat kita lebih mudah untuk memahami orang lain.
Di awal tahun 2021, saya sempat merasa di persimpangan tanpa petunjuk. Saya tetap intens menghadiri spiritual workshops, retreats, self healing classes. Hati terasa gamang dengan pilihan jalan yang banyak di depan mata. Entah jalan mana yang mesti saya pilih dan sudah benarkah saya menjalani tugas saya di dunia ini? Apakah sudah sesuai dengan jalan yang di tunjuk Tuhan? Berbagai pertanyaan berkecamuk di dalam hati dan terasa kabur. Yang akhirnya membuat saya tidak mau memikirkannya lagi. Ternyata kita memiliki body intelligent, kalau kita bertanya dengan tulus dan surrender, tubuh akan merespon batin kita.
Suatu hari, di awal bulan Maret, saya berkesempatan mengikuti 1 day shamanic woman,s immersion day, di Tampaksiring, Gianyar. Dan saat closing mendapat 5 petunjuk yang menjawab jelas pertanyaan batin saya. Tidak terasa air mata menitik, takjub dengan cara Tuhan bekerja. Semakin sering kita melepas blockages, connect with the Self, kita akan semakin peka dengan pesan-pesan yang dikirimkan. Saya memahami pesan yang dikirimkan dan disarankan lebih percaya diri dengan intuisi dan vision yang saya rasakan. Sudah berada di jalan yang benar dan mesti lebih informatif dengan pesan yang saya terima, terutama di bidang kesehatan. Inilah panggilan hidup saya yang sebenarnya.
Sidemen, Karangasem
Di bulan Mei…
Saya agak terlambat tiba di tempat retreat. Tetapi masih bisa menghadiri opening circle. Saya menyukai session opening dan closing, selain inti retreat itu sendiri. Peserta di beri waktu untuk berbagi dengan bebas tanpa rasa takut dengan penilaian (judgements). Saya bisa melihat pertumbuhan dan proses healing yang saya alami. Semua butuh latihan dan waktu yang tidak sedikit. Berlapis lapis. Saat closing circle, saya perhatikan, hampir semua peserta menangis saat sharing. Participants need more time untuk mengekspresikan emosi dan perasaan mereka. Timbul keinginan memberi waktu. Saya pikir mereka lebih memerlukan healing dan didengarkan. Saatnya untuk menguatkan sesama yang tengah memerlukan. Saya masih ingat, delapan bulan sebelumnya, saat sharing, suara saya masih bergetar, sedikit terbata, dan masih ada isak tangis. Walaupun saat itu saya beranggapan, telah menyembuhkan trauma masa lalu. Ternyata masih ada unfinished emotions yang mesti dituntaskan. Deep listening is a form of healing. Sebelum retreat berakhir, saya sempat mengambil palm reading session dengan pemilik resort yang ramah dan rendah hati, serta memberi saya petunjuk langkah penting yang mesti saya lakukan di dalam hidup.
“Knowing others is intelligence;
knowing yourself is true wisdom
Mastering others is strength;
mastering yourself is true power”
Andai hidup kita mulai terasa ada hambatan dan tubuh menjadi sakit. Sebenarnya ini merupakan signal dan warning untuk berubah dari pola hidup kita yang lama. Sangat berguna kalau kita bisa mengambil hikmah dari setiap pelajaran yang diberikan. Menyembuhkan limited understanding, character defects, false doctrines. Trauma dari masa lalu dan past lifes. Melakukan total acceptance. Tidak ada hal yang tidak bisa kita terima. Dengan sepenuhnya memaafkan diri sendiri dan orang lain serta compassion, kita bisa melanjutkan hidup kita. Energi jadi bertambah karena hambatan di meridian (jalur energi) berkurang. Saat energi ke-12 meridian dari 12 organ penting kita mencapai harmonisasi, pemahaman spiritual dan vibrasi meningkat, proses healing terjadi. Meningkatnya kesadaran (consciousness) adalah kunci terlepas dari sufferings. Percaya dan setia di jalan yang kita tempuh. Saat kita surrender, suatu hari, Tuhan akan membuka jalan untuk kita dengan cara yang tidak pernah kita duga dan bayangkan sebelumnya.
Pertengahan Bulan Juni…
In such a beautiful way, saya akhirnya dipertemukan dengan orang yang tepat, yang bisa mengarahkan saya ke tujuan hidup di level yang berbeda. Mungkin karena sudah waktunya dan saya lebih ready, setelah mencari selama 6 tahun. Untuk menarik energi kualitas tertentu, kita sendiri mesti memiliki ingredients kualitas energi yang ingin kita tarik. Energi yang selaras, mempermudah kolaborasi. Berhubungan dengan orang yang memiliki light hearted energy, easy going, humble, helpful, selalu menciptakan kind of joy and happiness.
Filosofi kisah singing bowls…
Seorang wanita memesan khusus tujuh buah singing bowl, yang melambangkan ke tujuh cakra, dilapisi emas yang di dapat dari warisan orang tuanya. Wanita ini sangat bangga dengan keahliannya dan menyebut dirinya sebagai Sound Healing Goddess. Suatu saat, suara singing bowl tidak harmonis lagi. Wanita ini ingin memperbaiki ke pembuatnya. Merasa ada yang salah dengan singing bowl. Tetapi tidak ada yang bisa dilakukan. Suatu ketika wanita ini putus hubungan dengan pasangannya dan merasa sangat terpukul. Egonya mulai melemah dan menjadi lebih rendah hati. Suara singing bowl kembali harmonis. Tidak ada yang salah dengan singing bowl. Singing bowl hanyalah alat. Keharmonisan suara yang dihasilkan tergantung dari keselarasan body, mind, and soul penabuhnya.
Tujuh cakra representasi dari perjalanan hidup kita yang mewakili masa tujuh tahun dari setiap cakra. Saat berusia 49 tahun, kita memasuki putaran ke dua dari siklus ke-7 cakra, semestinya bersiap kembali menjadi anak kecil yang menggantungkan hidup kepada Tuhan. Fisik secara bertahap mulai melemah, saatnya memupuk penguasaan diri dan melepas kemelekatan, fears, mengikis ego, surrender, lebih memilih jalan spiritual. Hidup harmonis dengan The Dao (Universe), sehingga hidup kita lebih dimudahkan dan diringankan.
“Manifest plainness…
Embrace simplicity…
Reduce selfishness…
Have few desires…”
Di dalam Penguasaan Diri (Self-Mastery), teknik bernafas sangat penting. Kalau kita bernafas dengan pelan dan panjang, hati menjadi lebih tenang dan lembut. Semakin tenang dan lembut hati kita, emosi bisa kita kuasai dan semakin sedikit oksigen yang dibutuhkan. Saya jadi teringat kisah satu group pemain bola yang terjebak banjir bandang di dalam goa Thum Luang Thailand, saat monsoon season di akhir bulan Juni 2018. Karena arahan asisten pimpinan group yang terlatih dengan meditasi dan pelatihan diri, bisa menyelamatkan anak asuhnya. Asisten ini pernah menjadi biksu dan berhenti karena harus menjaga ibunya yang sakit sampai sang ibu menemui ajalnya. Bukti jiwa bakti, kesetiaan, dan kesabaran seorang anak. Tidak semua orang bisa bertahan di dalam kondisi sulit, apalagi lebih dari sepekan. Dikelilingi air berlumpur di tempat sempit dan gelap, serta tempat berpijak yang basah dengan persediaan makanan dan minuman yang terbatas. Diperlukan kepiawaian meredam kepanikan dan berselisih satu sama lain yang bisa berakibat fatal. Kejadian ini menarik perhatian dunia dan melibatkan 1000 relawan dari dalam dan luar negeri. Menginspirasi dunia karena mereka semua selamat. Asisten pemimpin group pemain bola mengarahkan ke-12 remaja bermeditasi sambil menunggu bantuan datang. Ada kisah haru selfless service dan rasa tanggung jawab besar yang dilakukan asisten pemimpin group. Kondisinya paling lemah di antara ke-13 orang di dalam goa. Karena diyakini dia yang paling sedikit mengambil jatah makanan dan minuman. Dia juga sempat menitip kiriman video permintaan maaf (simbol humility) kepada relawan untuk semua keluarga atas kejadian ini sebelum akhirnya di evakuasi pada hari terakhir misi penyelamatan bersama 4 remaja lainnya.
Di sisi lain…
Para free diver bisa menahan nafas selama beberapa menit. Energi dan panas tubuh mampu di redam selama berada di dalam air. Di kedalaman laut diperlukan ketenangan dan gerakan lambat. Ada yang bisa bertahan di dalam air tanpa menghirup oksigen selama 24.33 detik. Karena terlatih dan dikondisikan selama bertahun-tahun. Ini bukti kapasitas kita bisa berkembang sejauh ini.
Pandemi saat ini, merupakan momen yang tepat untuk melatih penguasaan dan refleksi diri. Lebih sering melihat ke dalam. Proses, dan hadapi setiap emosi yang datang dengan mindfulness. Kenali emosi dan sensasi yang terjadi di dalam tubuh, sehingga membawa kita ke present moment. Emosi yang datang jangan diabaikan, di tolak, atau di pendam. Emosi-emosi sulit yang di tahan dan di pendam dalam waktu lama, akan menghasilkan toksin bagi tubuh, pikiran, dan hati kita. Ijinkan dan terima hidup sebagaimana adanya, sebagai kenyataan yang ada saat ini, yang membuat penolakan menjadi lebih lembut. Selidiki penyebab emosi, apakah ada hubungan dengan peristiwa sebelumnya? Amati tanpa penilaian. Adakah yang bisa dilakukan untuk membuat perasaan menjadi lebih baik dan nyaman? Misalnya mengekspresikan emosi dengan cara yang sehat, seperti menangis, berteriak di tempat yang sepi, membuat jurnal (menulis), berjalan kaki, berkebun, melukis, selfless services, bersedekah, prayer, meditasi, taiji, yoga…Ketahui bahwa pikiran dan emosi bukan bagian dari Kesadaran. Tidak permanen, datang dan pergi. Sehingga timbul perasaan bebas dan lega. Release and let it go. This too shall pass. Everything comes for reasons.
“I love you…
I am sorry…
Please forgive me…
Thank you…”
Sekilas menoleh ke masa lalu. Ada rasa penghargaan mendalam di relung hati. Saya berterimakasih kepada semua orang yang telah memberi warna, pelajaran dan kesempatan jiwa saya untuk bertumbuh. Memberi saya pemahaman hidup yang lebih mendalam. Bisa melihat hidup dari a larger picture dan perspektif yang berbeda. Semua ini tidak merubah keadaan external saya. Internal practices merubah cara pandang dan reaksi saya menghadapi pelajaran hidup yang datang ke dalam hidup saya. Menyadari tidak ada yang buruk. Yang ada hanya Teman yang baik dan Guru yang baik. Beyond ilusi dan delusi terletak Kebenaran Sejati.
May all beings be happy and free from sufferings
Love you all
❤️
Quotes-Dao De Jing, Ho’oponopono
Immortal Thoughts-by Bernward Koch

2 comments
Thank you, sangat menginspirasi sekali. Stay safe. God bless you.
You are welcome, Yanty. Stay safe, happy, n healthy. God bless you too.