






Beberapa hari yang lalu, saya mengantar tamu ke desa Penglipuran. Salah satu desa terbersih di dunia. Banyak rumah berjajar. Hati mengajak saya memasuki rumah no 36.
Saya di sambut ibu muda manis, saya memesan kopi bali dengan sedikit gula, ekstra panas.Nikmat sekali. Salah satu tamu menemani saya minum kopi, yang lain saya sarankan jalan jalan sekeliling desa Penglipuran, jangan lupa mengunjungi hutan bambu di ujung desa.
Saat menikmati kopi, saya mengambil jaje begine di warung (tiap rumah ada warung) buat peneman kopi, tiba tiba ada suara seorang ibu menanyakan apa saya mau jaje begine yang original. Saya ikuti arah suara dan di ajak ke dapur untuk mengambil jaje di toples besar. Memang terasa lebih gurih karena memakai ketan pilihan.
Saya dan teman sangat menikmati waktu kami di sana, saya minum 2 gelas kopi dan membeli 2 set kamben, 2 bungkus kopi dengan bonus 1 bungkus kopi kemasan kecil, serta 20 jaje gina untuk di bagi.
Sebelum pulang, Ibu Mangku Roti, senior di rumah itu, kembali menawarkan anggrek Kalimantan. Saya heran dengan pengetahuan Ibu Mangku Roti mengenai tanaman. Dan Mangku Roti menangkap kesukaan saya dengan tanaman.
Kami bersiap pulang saat Mangku Roti menawarkan kami untuk mampir ke nursery di dekat rumahnya. Hanya berjarak sekitar 200 meter dari rumah. Karena masih ada waktu, saya setuju. Kami ke sana berjalan kaki. Saya baca namanya Sari Sekar Nursery.
Sebelumnya, saya sudah 2 kali bertandang ke desa Penglipuran, tapi baru kali ini mengetahui ada nursery yang cukup besar di sana, berisi aneka bunga warna warni dan tanaman koleksi sang pendiri.
Berdiri di atas lahan seluas 40 are, Sari Sekar Nursery didirikan oleh Ning Manikam Widjaya, pada tgl 1 Maret 2017. Yang membuat saya terkesan, Ning meninggal dunia pada tgl 9 Maret 2019. Dua tahun setelah Sari Sekar Nursery didirikan. Saya mendengar berita dari Mangku Roti, karena serangan jantung, malam hari di RS Bangli. Mungkin juga karena minimnya fasilitas RS yang ada. Tergugah ingin mengetahui lebih dalam, saya bertanya. Masih terlihat luka dan kesedihan yang dalam di mata Mangku Roti dan Bapak Syukur saat bercerita lirih tentang Ning.
Beliau adalah penyuka alam, kolektor tanaman, kain buatan tangan, penyuka bangunan kuno, dan sejarah. Beliau juga hobi membuka jalan usaha bagi pemula, suka mempertahankan kebudayaan leluhur dan sangat sosial.
Menurut Bapak Syukur, adik Mangku Roti yang dipercayakan mengolah nursery, cita-cita Ning, adalah mempertahankan budaya adat lokal, penanaman pohon atau penghijauan alam, memberdayakan masyarakat lokal, dan ingin desa Penglipuran penuh bunga. Beliau pernah mengecap pendidikan di California State University San Bernardino tahun 1986, jurusan Biologi dan jurusan Ornamental Horticulture di California Polytechnic State University tahun 1990.
Mangku Roti mengajak kami masuk ke dalam nursery. Indah, rapi, dan berwarna. Teman asyik mencari nama nama tanaman lewat foto ke aplikasi. Sangat menyenangkan. Tanaman selalu membuat saya senang. Di ujung belakang nursery, saya melihat joglo sederhana, ternyata ada foto Ning dan bunga persembahan. Semacam tempat mengenang Ning. Joglo ini adalah tempat tidur kesayangannya, kelambu di pasang pada malam hari agar bebas dari nyamuk. Saya melihat masih ada kasur di belakang foto. Walaupun akhirnya di bangun rumah kayu kecil di depan joglo, Ning masih sering tidur di joglo semasa hidupnya, saat berkunjung ke desa Penglipuran. Ibu Ning yang memerlukan penyangga kaki dan istrinya yang warga Spore, masih sering datang berkunjung sampai saat ini. Lebih dari 8 bulan telah berlalu, terasa perhatian dan cinta yang mendalam dari orang orang yang ditinggalkannya. Such a beautiful soul.
Entah.
Hati saya menangis, tersedu. Saya seperti mengenal Ning. Padahal belum pernah bertemu. Sejenak saya bacakan doa di depan foto untuk kebahagiaan dan ketenangannya. Sekilas semilir angin menyentuh, saya rasakan kehadiran spiritnya.
Ning…
Legacy indah telah kamu persembahkan, terutama buat Desa Penglipuran. Sesuai cita citamu, kulihat desa Penglipuran sudah berbunga. Indah sekali.

2 comments
Tx Bu Cuaca Surijani
Thank you dr Atnil