Category:

Travel

IMG_1964
IMG_1963
IMG_1965
IMG_1967

Previous
Next

Saya teks kerabat dekat yang tengah berlibur ke Bali. Apakah mereka ada acara hari ini? Mereka kebetulan tidak ada acara dan kami sepakat mengunjungi cafe kesayangan kami di Ubud, Alchemy, sebuah cafe raw vegan organic. Suasana menjelang akhir tahun agak ramai. Arus kendaraan di jalan tampak mulai padat karena suasana akhir tahun. Tapi syukurlah, akhirnya sampai juga kami di Ubud.

Saat masuk, cafe tampak cukup ramai, saya di sambut Dewa, staf yang biasa melayani kami. Kami mencari meja tiga kursi, dan Dewa memberi kami meja no 1. Meja yang agak private karena terlindung dinding, meja favorite kami. Dewa berbisik, kami datang di waktu yang tepat, kalau lebih awal 15 menit, dipastikan kami tidak mendapat meja, cafe full atas dan bawah, tidak ada meja yang tersedia. Kami merasa beruntung, tidak perlu antri dan menunggu meja. Semua dilancarkan. Pilihan kami, Aloha Pizza dan Vietnamese spring rolls. Makan siang dan berbincang dengan orang yang memiliki selera, energi, aura, dan hobi yang sama, terasa sangat menyenangkan. Kebetulan kami bertiga menyukai spiritual pilgrim.

Kerabat ingin membeli kaos berbahan organic di jalan Hanoman. Saya mananyakan, apakah nanti mau mampir ke Cafe Hujan Locale, karena masih ada waktu. Sebab kalau ke desa Penglipuran tidak cukup waktu mengingat traffic lalu lintas menjelang tahun baru. Anak saya rekomendasi makanan dan suasana cafe bagus. Mungkin kami bisa mencoba appetizer dan beverages. Untuk menambah pengalaman. Karena tidak yakin kerabat ada waktu kembali ke Ubud sebelum kembali ke negaranya. Saya biasa melakukan perjalanan secara maksimal, efisien, dan efektif.

Perjalanan agak tersendat, dilanjutkan berjalan kaki ditingkahi gerimis karena jalan yang cukup padat oleh tamu yang datang berlibur. Di depan toko tujuan tertulis diskon 50%, kami senang. Kami masuk dan bertanya. Ternyata diskon sudah tidak tersedia, hanya sampai hari Natal, dan kami mesti membayar penuh untuk items yang kami beli. Kami tidak keberatan, anggaplah kami membantu perusahaan supaya tetap eksis berkarya.

Tujuan selanjutnya, Hujan Locale Cafe. Sopir, kami biarkan tetap di sekitar jalan Hanoman, karena untuk berputar, pasti memerlukan waktu yang tidak sedikit, karena padatnya lalu lintas di Ubud point.

Kami berjalan kaki ke arah jalan Sri Wedari, ternyata tidak jauh, kami temukan cafe yang kami cari. Anak saya benar. Makanan, presentasi, suasana cafe nyaman dan cozy. Founder cafe, Will Meyrick, the street food chef, membantu anak anak dari Bali Children Foundation Kerobokan untuk di didik dan dipekerjakan di restaurant mereka atau tempat lain. Jadi setelah lulus pendidikan, alumni tidak perlu kuatir karena sudah ada tempat yang menerima mereka bekerja. Saya terharu mendengar kisah ini, dari staf yang melayani kami. Another beautiful soul.

Kerabat ingin mampir ke Anand Ashram Ubud, jika ada waktu. Saya cek di google, suatu kebetulan, ashram berada satu jalan dengan cafe. Terasa selaras, berjarak 2.7 km. Untuk efisiensi, saya memutuskan memakai gokar. Saya mulai pesan, beberapa kali gagal, ternyata on line taxi tidak boleh beroperasi di daerah Ubud. Akhirnya staf cafe menyarankan kami, berjalan ke depan, mencari taxi private. Kami berjalan ke ujung depan jalan berusaha mencari, tapi tak menemukannya. Jalan penuh sesak dan sedikit berasap, diselingi bau khas sebuah pet shop di belakang kami. Kami bergeser dan menemukan seorang Ibu penjual kipas dengan seorang anak. Malu bertanya, sesat di jalan. Ingat pepatah ini, saya bertanya. Ibu itu menyambut ramah dan berusaha membantu. Ibu itu bilang ada taxi, tapi si Ibu kembali tanpa hasil juga. Akhirnya Ibu penjual kipas berlari ke belakang. Kami tunggu di depan. Kerabat sarankan untuk pulang saja, dan kembali ke sana lain kali. Saya bilang, kita tunggu saja Ibu itu. If its meant to be, its meant to be. Selang beberapa saat, Ibu itu kembali, ternyata bersama driver dibelakangnya, dan mobil ada di depan cafe tempat kami makan tadi. Saya memberi Ibu itu sekedar tanda jasa atas kebaikannya. Ibu itu terkejut dan berusaha menolak. Saya bisikkan, buat uang jajan si kecil. Saya lihat binar bahagia dan penghargaan dimatanya.

Kami meminta taxi driver mengantar dan menunggu kami di ashram, setelah itu drop kami di tempat semula. Ternyata Pak Made, driver kami, sering mengantar tamu ke ashram. Bagi Pak Made, ashram sudah tidak asing. Pak Made sangat ramah dan baik.

Kami di sambut murid Anand di ashram, mendengar sedikit penjelasan tentang ashram, dan berkeliling. Tersedia 6 private rooms dengan biaya usd 30/malam, dan 6 beds dengan biaya usd 20/malam, termasuk daily program, breakfast and lunch, ganti sprei seminggu sekali. Tampak luar kamarnya sederhana dan nyaman. Di depan ada kolam kecil dengan banyak taman. Kami tidak bisa melihat ke dalam kamar, karena saat itu lagi penuh oleh tamu retreat. Kami tidak ada kesempatan bertemu Anand Krishna, karena tengah memimpin retreat di Ciawi. Saat hendak pulang, kerabat sempatkan membeli 3 buah buku yang diinginkan dari awal dalam versi bahasa Inggris. Kerabat sangat senang.

Kami tiba di jalan Hanoman tepat waktu. Kendaraan tidak boleh berhenti terlalu lama di jalan.

Hidup mengikuti aliran kehidupan lebih mudah dan terasa ringan. Hidup tidak selalu sesuai harapan. Tuhan yang mengetahui apa yang terbaik bagi kita. Yang diperlukan hanya kerelaan. Hidup sederhana itu indah. Kami pribadi yang mudah bahagia. Mudah disenangkan. Kami sering melatih melepas. Kami bahagia dengan hal hal kecil yang mampir ke dalam kehidupan kami. Bukankah itu suatu berkah?

Jam menunjukkan pukul 11 malam, saat saya tiba di rumah. Saya antar kerabat dan suaminya terlebih dahulu ke hotel. Badan terasa agak penat, tetapi hati merasa bahagia. Saya senang melakukan pelayanan, setidaknya untuk kerabat dan suaminya. Memberi mereka kenangan indah sebagai kado akhir tahun.

May all beings be happy n free
Love you all

❤️

What A Wonderful World – by Louis Armstrong

4 comments
1 FacebookTwitterPinterestLinkedinWhatsappEmail

Secret Garden

by Surijani

Beberapa hari yang lalu, saya mengantar tamu ke desa Penglipuran. Salah satu desa terbersih di dunia. Banyak rumah berjajar. Hati mengajak saya memasuki rumah no 36. 

Saya di sambut ibu muda manis, saya memesan kopi bali dengan sedikit gula, ekstra panas.Nikmat sekali. Salah satu tamu menemani saya minum kopi, yang lain saya sarankan jalan jalan sekeliling desa Penglipuran, jangan lupa mengunjungi hutan bambu di ujung desa.

Saat menikmati kopi, saya mengambil jaje begine di warung (tiap rumah ada warung) buat peneman kopi, tiba tiba ada suara seorang ibu menanyakan apa saya mau jaje begine yang original. Saya ikuti arah suara dan di ajak ke dapur untuk mengambil jaje di toples besar. Memang terasa lebih gurih karena memakai ketan pilihan. 

Saya dan teman sangat menikmati waktu kami di sana, saya minum 2 gelas kopi dan membeli 2 set kamben, 2 bungkus kopi dengan bonus 1 bungkus kopi kemasan kecil, serta 20 jaje gina untuk di bagi. 

Sebelum pulang, Ibu Mangku Roti, senior di rumah itu, kembali menawarkan anggrek Kalimantan. Saya heran dengan pengetahuan Ibu Mangku Roti mengenai tanaman. Dan Mangku Roti menangkap kesukaan saya dengan tanaman.

Kami bersiap pulang saat Mangku Roti menawarkan kami untuk mampir ke nursery di dekat rumahnya. Hanya berjarak sekitar 200 meter dari rumah. Karena masih ada waktu, saya setuju. Kami ke sana berjalan kaki. Saya baca namanya Sari Sekar Nursery.

Sebelumnya, saya sudah 2 kali bertandang ke desa Penglipuran, tapi baru kali ini mengetahui ada nursery yang cukup besar di sana, berisi aneka bunga warna warni dan tanaman koleksi sang pendiri. 

Berdiri di atas lahan seluas 40 are, Sari Sekar Nursery didirikan oleh Ning Manikam Widjaya, pada tgl 1 Maret 2017. Yang membuat saya terkesan, Ning meninggal dunia pada tgl 9 Maret 2019. Dua tahun setelah Sari Sekar Nursery didirikan. Saya mendengar berita dari Mangku Roti, karena serangan jantung, malam hari di RS Bangli. Mungkin juga karena minimnya fasilitas RS yang ada. Tergugah ingin mengetahui lebih dalam, saya bertanya. Masih terlihat luka dan kesedihan yang dalam di mata Mangku Roti dan Bapak Syukur saat bercerita lirih tentang Ning.

Beliau adalah penyuka alam, kolektor tanaman, kain buatan tangan, penyuka bangunan kuno, dan sejarah. Beliau juga hobi membuka jalan usaha bagi pemula, suka mempertahankan kebudayaan leluhur dan sangat sosial.

Menurut Bapak Syukur, adik Mangku Roti yang dipercayakan mengolah nursery, cita-cita Ning, adalah mempertahankan budaya adat lokal, penanaman pohon atau penghijauan alam, memberdayakan masyarakat lokal, dan ingin desa Penglipuran penuh bunga. Beliau pernah mengecap pendidikan di California State  University San Bernardino tahun 1986, jurusan Biologi dan jurusan Ornamental Horticulture di California Polytechnic State University tahun 1990. 

Mangku Roti mengajak kami masuk ke dalam nursery. Indah, rapi, dan berwarna. Teman asyik mencari nama nama tanaman lewat foto ke aplikasi. Sangat menyenangkan. Tanaman selalu membuat saya senang. Di ujung belakang nursery, saya melihat joglo sederhana, ternyata ada foto Ning dan bunga persembahan. Semacam tempat mengenang Ning. Joglo ini adalah tempat tidur kesayangannya, kelambu di pasang pada malam hari agar bebas dari nyamuk. Saya melihat masih ada kasur di belakang foto. Walaupun akhirnya di bangun rumah kayu kecil di depan joglo, Ning masih sering tidur di joglo semasa hidupnya, saat berkunjung ke desa Penglipuran. Ibu Ning yang memerlukan penyangga kaki dan istrinya yang warga Spore, masih sering datang berkunjung sampai saat ini. Lebih dari 8 bulan telah berlalu, terasa perhatian dan cinta yang mendalam dari orang orang yang ditinggalkannya. Such a beautiful soul.

Entah. 

Hati saya menangis, tersedu. Saya seperti mengenal Ning. Padahal belum pernah bertemu. Sejenak saya bacakan doa di depan foto untuk kebahagiaan dan ketenangannya. Sekilas semilir angin menyentuh, saya rasakan kehadiran spiritnya.

Ning…

Legacy indah telah kamu persembahkan, terutama buat Desa Penglipuran. Sesuai cita citamu, kulihat desa Penglipuran sudah berbunga. Indah sekali.

2 comments
4 FacebookTwitterPinterestLinkedinWhatsappEmail

Flores

by Surijani

Di sini matahari terbenam
Berwarna merah
Besar sekali dan bundar penuh
Langit berwarna merah saga
Air beriak lembut
Membentuk kolam agung
Berteman sepasang pinisi

Gugusan 500 pulau
Empat pulau di huni komodo
Sebagian dengan hutan mangrove
Membuat lega bukit bukit tandus
Di bulan September

Menyembul penikmat batuan coral
Juga ikan beragam warna
Dipermukaan air laut yang tenang
Karena dipagari banyak pulau

Tuhan
Aku syukuri
Aku nikmati
Karunia indah Mu
Dendang suara alam
Ramah tamah anak laut
Dalam limpahan rahmat Mu
Yang tak bertepi

Komodo
Rinca
Padar
Kelor
Pink beach

0 comment
1 FacebookTwitterPinterestLinkedinWhatsappEmail