Category:

Memories

Kilas Balik Kehidupan

by Surijani

Suatu hari di dalam perjalanan retreat menuju Kintamani, saya menerima sebuah video di hand phone saya. Ketika membuka video itu, saya sangat terkejut. Tampak seorang pasien tengah mengerang kesakitan di sebuah kamar rumah sakit. Lelaki itu terlihat tua dan mengenakan pampers. Rasanya wajah ini tidak asing. Saya perhatikan dengan seksama, ternyata lelaki itu merupakan salah satu kerabat  dekat dari orang tua. Sudah lama menghilang kabarnya. Terdengar di video suara tegas seorang wanita, menawarkan untuk makan. Seperti anak kecil, lelaki paruh baya itu menjerit kesakitan, sebelum akhirnya setuju untuk makan. Saya pikir, bukannya dia menolak untuk makan, tetapi terlebih dia tidak dapat mengatasi rasa sakit karena penyakit kanker kelenjar getah bening yang menggerogotinya. A silence killer. Biasanya penyakit ini terdeteksi saat sudah stadium lanjut.

Sejenak pikiran saya melayang ke tahun 80 an. Saat saya masih remaja. Wajah yang saya lihat, sangat berbeda dengan wajah yang dulu, saat kejayaan materi, keharmonisan keluarga, jasmani yang sehat masih di dalam genggaman. Lelaki itu pernah menjadi salah satu entrepreneur yang cukup sukses dan glamour dijamannya. Kesan yang sangat membekas, lelaki itu pernah mentraktir 2 mangkok mie, untuk saya dan kakak. Kami dari sebuah sanggar olah raga, saat mampir ke salah satu depot bakmie terkenal di Denpasar. Saya lihat lelaki itu, juga datang untuk makan. Kami berdua terkesima, saat menuju kasir, ternyata tagihan kami sudah terbayar. Lelaki itu membayar makanan kami, tanpa kata kata. Sikapnya sangat mengesankan.

Saya termenung.
Betapa rentannya hidup kita ini. Kalau tidak mawas diri, di hari tua kita akan menderita.
Kita mesti menjaga diri kita sendiri. Tidak ada yang bisa kita andalkan selain diri kita sendiri.
Sangat mengenaskan saat semuanya di ambil dari kita, fisik juga sudah tua dan lemah, apalagi diimbuhi dengan penyakit berat.

Hal ini semata terjadi karena batin yang kurang terasah, ego dan kesadaran diri yang kurang terlatih. Saat kondisi tubuh kuat dan sehat biasanya kita terlalu fokus kepada pencapaian external, mengejar identitas diri yang hanya merupakan ilusi dan melupakan pencapaian yang di dalam. Lupa mengikis kemelekatan-kemelekatan dan emosi-emosi negatif yang ada di dalam batin kita. Padahal faktor external, identitas diri itu tidaklah stabil, mudah berubah, tidak permanen. Memberi power kita kepada orang yang tidak tepat dan kurang bijaksana. Bimbang dan tidak memiliki hati yang teguh, membiarkan orang lain mengontrol hidup kita dan kurangnya perasaan cinta terhadap diri sendiri (less self love).

Kesuksesan material akan sangat indah kalau kita imbangi dengan pertumbuhan spiritual. Justru pada saat kita memiliki kesuksesan external, lebih mudah bagi kita untuk mengasah pencapaian yang di dalam. Karena kita memiliki banyak akses dan fasilitas yang menunjang kita untuk pencapaian ini. Syaratnya sederhana, adanya kebijaksanaan dan niat baik ke arah itu. Sadar untuk hidup seimbang dan harmonis antara material dan spiritual. Mendedikasikan diri kita untuk membantu dan melayani sesama dengan baik dan benar. Mengikuti petunjuk dan inspirasi dari Guru Kehidupan Sejati (The Real Spiritual Masters) melalui buku, video, atau secara langsung bertemu sesuai dengan level kesadaran kita masing masing, apabila kita belum mampu mengandalkan Guru Sejati yang ada di dalam diri kita, yaitu Jati Diri kita. Dan aplikasikan ke dalam hidup kita sehari-hari. Mengetahui teori bukan berarti kita bisa mengaplikasikannya. Oleh sebab itu kita mesti terus kukuh melatih diri. Guru Kehidupan kita terus akan berubah mengikuti perkembangan spiritual yang kita miliki. Ikuti dan nikmati saja momen demi momen.

Saat faktor penunjang external tidak lagi kita miliki, apakah kita masih bisa tetap perkasa?
Saat itulah kesuksesan kita yang sejati di uji. Kesuksesan sejati adalah saat kita mampu bangkit kembali ketika di smash down. Jiwa tetap kuat dan tegar untuk bangkit kembali menata mozaic kehidupan yang tercecer. Karena pencapaian spiritual membutuhkan waktu. Sebaiknya jangan menunggu terlalu lama. Lakukanlah sekarang juga. Doa dan meditasi (refleksi diri, forgiveness, self love, unconditional love, doing service to God and others) sangat membantu dan menguatkan kita. Jadilah penakluk diri sendiri. Jadilah pemenang sejati kehidupan.

Saya jadi teringat cerita adik tentang kisah indah hidup petinju dunia George Foreman.

Tidak ada yang bisa saya lakukan untuk lelaki itu. Hanya mendoakan, mengirim vibrasi cinta kasih, semoga lelaki itu bisa melalui hari-harinya dengan lebih baik dan penderitaannya berkurang. Semoga ditemukan jalan yang terbaik untuknya. Bisa menerima cobaan hidupnya sebagai bagian dari karma yang mesti dijalani. Dan tercerahkan di sisa hidupnya. Sebab di mata Tuhan, semuanya sempurna.

Entah siapa yang merekam video itu. Rasanya tidak etis mengabadikan seseorang dalam kondisi seperti itu. Apalagi dengan tujuan pengakuan diri.

Video sudah terlanjur saya terima.
Biarlah video ini saya simpan. Sebagai bahan perenungan dan alarm bagi saya untuk selalu mawas diri.

May all beings be happy and free
Love you all

❤

Memory – by Barbra Streisand

6 comments
1 FacebookTwitterPinterestLinkedinWhatsappEmail