Category:

Life

Joy and Happiness

by Surijani

Setengah tahun sudah terlewati, sejak Coronavirus-19 ditemukan pertama kali. Dengan berlalunya sang waktu. Banyak kisah yang telah di tuang. Saya amati, lebih banyak kisah pilu. Banyak orang tua yang rentan, mesti mengakhiri hidupnya, tanpa di antar sanak keluarga dan sahabat ke tempat peristirahatan terakhir. Seorang bintang film wanita muda India, mengakhiri hidupnya dengan gantung diri,  mengatakan tidak ada sesuatu yang lebih mengerikan, selain membiarkan impianmu mati. Steve Bing, salah satu producer film Hollywood juga mengakhiri hidupnya dengan terjun dari penthouse karena depresi dengan isolasi dan stres tidak bisa bersosialisasi dengan bebas. Tidak ada lagi batasan dan bisa menimpa siapa saja. Pun terhadap manusia paling berpengaruh di dunia. Covid-19 datang dengan tiba-tiba dan memerlukan tindakan pencegahan ekstrim. Kita tidak  bisa mencegah banyak tindakan ekstrim yang di ambil sebagai konsekuensi. Apalagi bagi orang-orang yang selama ini menggantungkan diri dengan self identities dan external distractions. Sudah pasti sangatlah berat. Sejatinya segala sesuatu di dunia ini selalu berubah, impermanent, tak tertutup kemungkinan, pada saatnya hal yang buruk akan berubah menjadi lebih baik. Beragam reaksi yang terjadi. Ada yang menghadapinya dengan gelisah, takut, panik, sedih, marah, tapi tak sedikit juga yang menghadapinya dengan biasa saja. Menerima kondisi yang tengah terjadi yang memang under control. Coronavirus telah merubah banyak hal di muka bumi ini. Kita perlahan berjalan menjauhi comfort zone kita. Mau tak mau, kalau tidak bisa di bilang di paksa. Perlahan topeng dan karakter manusia yang sebenarnya dilucuti. Yang paling berat adalah efek dari segi ekonomi. Dan masih akan berlanjut. Entah sampai kapan. Banyak orang tiba-tiba kehilangan pekerjaan, perusahaan besar banyak tumbang karena beban biaya yang sangat berat tanpa pemasukan, efek domino yang sangat luas dan kuat. Walau tak tertutup kemungkinan, pemain pemain baru bermunculan. Khususnya di bidang kesehatan. Saat ini, sangat nyata Ego dan Power hanya sebatas kata. Kerajaan bisnis yang telah di bangun dengan susah payah selama beberapa dekade bahkan abad, tiba-tiba hilang begitu saja. Milyaran pekerja kehilangan sandarannya. Jutaan entrepreneur dan CEO kehilangan identitas serta kebanggaannya. Kita semua tengah menuai buah Karma atas perbuatan kita selama ini. Karma kolektif. Sisi baiknya, Ibu Pertiwi di beri rentang waktu untuk menyembuhkan diri. Langit mulai sering tampak biru, lepas dari polusi. Bintang-bintang bisa terlihat lebih jelas di angkasa. Selama ini kita mengambil terlalu banyak. Karena keserakahan dan ego atas power dan kekuasaan. Saatnya kita memberi ruang dan waktu kepada the Universe yang telah memberi kita Unconditional Love. Kehidupan mesti berjalan dengan seimbang dan selaras.

Beberapa bulan saya menghabiskan waktu fokus dengan meditasi dan home cooking, karena pada awal pandemi, kuatir dan belum paham dengan apa yang tengah terjadi sebenarnya. Suatu hari timbul keinginan untuk berkreasi terhadap meditasi pond yang selama 1.5 tahun tak tersentuh karena belum ada ide. Saya sering melakukan sesuatu menurut panggilan batin. Saya mulai terbiasa memperhatikan, semua hal ada waktunya. If its meant to be, its meant to be. Saat ini, Covid-19 menekankan hal itu dengan jelas dan transparan. Bahkan bagi orang orang yang memiliki ego paling tinggi sekalipun, hal ini mulai dirasakan. Ada kekuatan maha agung tak terlihat yang mengatur hidup dan kehidupan ini.

Ide pertama yang muncul adalah tanaman dan bunga gantung. Sesuai dengan layout dari bangunan yang terdiri dari banyak wood line. Dan tempat yang terbayang pertama di benak saya adalah secret garden, Sari Sekar Nursery di desa Penglipuran. Setelah makan siang, saya berangkat di antar sopir. Tidak seperti hari hari biasa yang membutuhkan waktu lama, saya tiba lebih cepat karena jalanan yang sepi. Bali tengah di isolasi dan belum menerima tamu dengan leluasa. Terutama dari luar negeri. Negara Australia juga tidak mengijinkan warganya untuk bepergian ke luar negeri, setidaknya sampai akhir tahun. Banyak warga Australia telah menganggap Bali sebagai rumah kedua mereka.

Karena tidak membuat janji, saya tidak bertemu dengan Bapak Syukur di kebun, tetapi ada Bapak Nengah, salah satu staf kepercayaan Sari Sekar Nursery. Ternyata Pak Syukur ada di rumah. Desa Penglipuran juga tengah di isolasi. Setiap bulan masing-masing keluarga mendapat jatah sembako dari kepala desa. Karena otomatis tidak ada pemasukan buat mereka. Selama ini desa Penglipuran menggantungkan pendapatannya dari sektor pariwisata. Akhirnya saya menghubungi Pak Syukur, untuk datang ke kebun, supaya lebih leluasa membeli tanaman yang saya inginkan. Sebab sebelumnya pernah bertemu dan sudah  ada chemistry. Saya menyukai beberapa koleksi Ning. Founder Sekar Sari Nursery yang telah passed away. Namun karena merupakan koleksi, tanaman tidak bisa saya bawa pulang. Hati saya juga ingin koleksi Ning tetap di Penglipuran. Biarlah aura dan energinya tetap sebagai tambahan daya tarik desa Penglipuran karena memiliki histori. Pak Syukur berjanji akan membuatkan yang baru tanaman pilihan saya. Bisa di ambil lain kali. Senang akhirnya bisa membawa pulang 3 plant bags dan beberapa pot bunga lain. Setelah negosiasi sedikit panjang dengan Bapak Nengah. Pilihan saya, Begonia, Petunia, Vinca, Lipstik, Dahlia, bunga Matahari, dan Miana.

Berhari saya habiskan waktu menghias meditasi pond. Sekali ide keluar, rasanya terus mengalir deras. Setiap pagi saya curahkan perhatian seperti merawat bayi. Indah sekali. Memberi saya banyak kedamaian dan ketenangan hati di tengah situasi dunia yang tidak menentu. Warna warni. Saat ini tidak ada yang lebih berharga selain a peaceful mind. Joy and happiness untuk sesuatu yang sederhana. Melalui bunga, saya melihat impermanence. Juga tersirat dengan jelas segala sesuatu mesti di jaga, dicintai, dan di rawat dengan hati. Seperti bumi pertiwi yang tengah sakit dan menyembuhkan diri. Tetapi berapa manusia yang sadar akan hal ini? Sehingga the Universe memilih caranya sendiri untuk memulihkan diri. Sifat manusia, kalau tidak di paksa, pada dasarnya sering kali tidak mendengar dan tidak menghiraukan panggilan alam. Selalu sibuk mencari sesuatu yang eksternal, lupa akan hakekat Diri, yang bersumber dari dalam Diri yang Sejati. Setelah sekian lama manusia mabuk kepayang dan membabi buta. Saat ini seakan Tuhan berkata, “I am in charge”. Semoga Tuhan berbelas kasih dan memaafkan dosa dosa kita.

Ning…
Spiritmu membuat hijau desa Penglipuran, kubawa ke Jimbaran. Membangkitkan bakat, dan kecintaanku akan alam yang pernah bisu. Akan kutebarkan keindahan di mulai dari diriku sendiri. Dan lingkungan yang paling mudah ku jangkau.

Tiba-tiba kudengar gema suling dihatiku. Dan gemericik air dari meditasi pond terdengar jelas dan merdu bersenandung.

May all beings be happy n free

Love you all

❤️

Karma-by Takeshi Abo

10 comments
6 FacebookTwitterPinterestLinkedinWhatsappEmail
  • 1
  • 2