Author

Surijani

Break Time

by Surijani

Banyak bencana yang terjadi sejak akhir tahun lalu. Mulai dari demo di Hongkong, banjir di Jakarta, bushfires di Sydney, terbunuhnya Jenderal Iran, Coronavirus yang bermula dari seafood market di Wuhan, China, kematian tragis pemain basket legendaris, Kobe Bryant beserta putrinya, Gigi. Melonjaknya harga saham dan kurs USD, isolasi kota Wuhan, penutupan banyak destinasi maskapai penerbangan, serta aksi memborong masker, sanitizer, dan sembako di banyak belahan bumi. Dunia tampak panik dan error. Sangat berbeda dari biasanya. Dunia yang biasanya bergerak begitu cepat dan dinamis, kini seakan di paksa bergerak melambat dan sedikit pasif. Orang-orang yang biasa bebas aktif berada di jalanan dan tempat tempat hiburan, tiba-tiba mesti lebih banyak berada di rumah. Di sini kita bisa melihat efek domino dari sebuah event. Apalagi terjadi di sebuah negara yang di daulat terpadat di dunia. Tiba-tiba rantai ekonomi seakan tersendat. Beberapa produk hilang dari pasaran. Ini menunjukkan Oneness. Satu terluka akan mempengaruhi yang lainnya. Kita juga bisa melihat kebaikan (real kindness) lebih jelas dan murni. Walau tetap saja terlihat ada yang mengail di air yang keruh. Atas nama Ego dan Power.

Kalau Tuhan berkehendak. Segalanya mungkin. Seperti membalikkan telapak tangan saja. Membuat saya semakin tepekur dan eling. Hidup di dunia ini sangat rentan dan tidak pasti. Kita sering berencana, pada akhirnya Tuhan yang berkuasa atas hidup kita. Hidup yang tidak permanen hanya menyisakan pertanyaan tentang tujuan hidup yang sebenarnya. Mengapa tidak langsung saja mencari jalan tercepat mengakhiri penderitaan?

Karena Covid-19, saya menunda perjalanan ke luar negeri dalam waktu cukup lama. Saya berkesempatan mengikuti Zero Ego retreat Ajahn Brahm di sebuah hotel di Dream Land, Pecatu, Bali, yang sudah saya daftar sebelumnya. Retreat dihadiri oleh 192 peserta. Retreat yang menarik, karena sangat relaxing dan bersifat Universal. Peserta di beri kebebasan memilih posisi meditasi. Boleh bersila, duduk di kursi, ataupun berbaring. Sangat cocok buat pemula, karena tidak terlalu stres dengan berbagai aturan ketat. Saya yang telah terbiasa dengan meditasi juga merasa senang. Walaupun bukan hal baru, ada saja hal yang bisa saya pelajari. Juga ada kesempatan melakukan pelayanan. Saya menyukai cara Ajahn Brahm menyampaikan pesannya. Kebijaksanaannya. Lewat cerita-cerita sederhana dan tidak terburu-buru penyampaiannya. Ritmenya terjaga. Mudah dipahami dengan emosi yang sangat terkontrol. Tampak jelas Ajahn Brahm sudah menguasai dirinya sendiri. Dengan big smile yang menjadi ciri khasnya. Beliau selalu melayani meditator yang minta tanda tangannya atau sekedar berfoto. Tidak lupa senyum yang selalu mengembang, tersungging dibibirnya. Praktek unconditional love selalu terpancar. Kali ini saya mengajak adik dan beberapa teman. Mereka tampak senang dan menikmati saat retreat. Tahun depan kami berencana mengajak Ibu kami ikut retreat. Kalau lelah, Ibu bisa istirahat di kamar hotel.

Refleksi dan konsisten melatih diri sangat penting. Meditasi melatih pikiran kita lebih tenang dan damai. Seiring dengan akumulasi waktu yang kita pakai bermeditasi, kapasitas diri kita juga menjadi lebih besar. Kita bisa menyerap pelajaran baru lebih mudah. Bisa lebih peka dan memahami rahasia Alam Semesta. Semakin dekat dengan Jati Diri membuat kita lebih memahami orang lain. Karena pada dasarnya kita semua bersumber dari Sumber yang sama. Kita semua merupakan percikan Ilahi yang tengah mencari pengalaman di duality world, sebelum akhirnya tercerahkan dan bersatu kembali dengan Sang Pencipta atau The Creator. Dengan berkurangnya Ego, memudahkan kita untuk menjalin hubungan dengan sesama, tanpa melihat false identity. False identity yang di buat oleh manusia inilah yang membuat kita menderita, apabila kita tidak bisa merealisasikan harapan-harapan dan impian kita. Seperti yang Ajahn Brahm babarkan. Kita mati tidak membawa Ketenaran, Harta Benda, Keluarga ataupun Teman, tetapi membawa Karma kita. Karma baik adalah investasi terbesar yang kita tanam di dalam hidup ini.

Retreat Ajahn Brahm cocok buat lansia dan anak remaja yang tengah mencari Jati Diri. Di mana mereka bisa mendengar Kebenaran dan Kebijaksanaan tanpa tekanan, dan aturan-aturan yang membuat stres. Juga waktu yang cukup singkat, hanya 3 hari dan 2 malam. Peserta juga di beri kesempatan untuk bertanya. Apabila suasana relax dan happy tercipta, tentu wejangan yang disampaikan akan lebih mudah untuk di serap. Dikatakan Ajahn Brahm, waktu yang terpenting adalah Now, kita mesti bisa melatih Letting Go, orang yang terpenting adalah orang yang berada di depan kita saat ini, Caring atau perhatian kepada sesama mesti di pupuk dan sangat penting. Suka membantu, ada waktunya kita yang akan butuh bantuan orang lain. Jangan terlalu melekat terhadap masa lalu, karena terlalu berat. Mesti di lepas. Sehingga hati kita bebas dan lapang. Bisa move on. Kalau kita bahagia, pikiran terang, tidak kuatir berlebihan, imun sistem tubuh kita juga akan meningkat, dan kita bisa lebih sehat. Kata-kata yang disampaikan sangat sederhana dan sering kita dengar. Tetapi Kebenaran adalah Kebenaran. Selalu senang mendengarkannya. Memupus kerinduan mendalam terhadap esensi Jati Diri kita yang alami dan sebenarnya.

Sungguh ini merupakan momen yang sangat tepat. Di tengah merebaknya kasus Coronavirus. Lebih baik waktu yang berharga kita gunakan untuk menyirami jiwa. Kita memerlukan refleksi mendalam dengan apa yang tengah terjadi di dunia ini. Kebahagiaan bukan ada di tempat nun jauh di sana, tetapi tepat di sini, di saat ini. Saatnya kita semua merenung, Break Time, dan mengendalikan ego kita menjadi zero. Dalai Lama mengatakan, “This planet doesn’t need more successful people. This planet desperately need peacemakers, healers, restorers, storytellers and lovers of all kinds.”

Saya selalu bahagia bertemu para Master. Bertemu banyak kenalan baru. Terutama yang memiliki ketertarikan yang sama. Alike attract alike. Juga berkesempatan mendapat pengalaman baru. Menikmati suasana baru. Setiap orang atau apapun yang bisa mengubah diri saya menjadi lebih baik dari diri saya sebelumnya adalah Master. Dan saya berkesempatan memiliki banyak Master dalam satu kehidupan ini. Sebuah anugerah yang indah dan luar biasa. Sudah saatnya unsur Yin menyeimbangkan unsur Yang, di mana sudah mendominasi The Universe selama beberapa dekade. Saya rasakan gema spiritualiti (unconditional love) di mana mana.

May all beings be happy n free
Love you all

❤️

Kiss the Rain-by Yiruma

4 comments
4 FacebookTwitterPinterestLinkedinWhatsappEmail

Buddha Kecil

by Surijani

syair – syair ini bersumber dari a higher source
semoga dapat membantu dan memberikan inspirasi bagi yang memerlukan

(di tulis saat mengalami kundalini syndrom, jam 10 pagi, di bulan Oktober, tahun 2006)

merasa bahagia di pukul
merasa bahagia di caci
merasa bahagia dizalimi
merasa bahagia di hina
merasa bahagia direndahkan
itulah karma utama
amitabha 3X

hidup bagai syair lagu
tergantung bagaimana
kita memainkannya
keras lembut
indah buruk
itulah kebahagiaan sejati
amitabha 3X

membantu orang
bukan dengan menyusui
tapi dengan membuat
mereka mandiri
dan jadi lebih baik
dan itulah karma utama
amitabha 3X

sayangi binatang
dia juga bagian dari kehidupan
amitabha 3X

hidup harus seimbang
amitabha 3X

harmonis dalam kekuatan cinta
cintai diri sendiri
keluarga inti
orang tua
semua mahluk
kalau diri sendiri belum bahagia
tak akan berhasil
penuhi dulu diri sendiri
baru akan berhasil
amitabha 3X

perubahan orang menjadi lebih baik
itu yang utama
saling mencintai
komunikasi lancar, hoki datang
semua mahluk sejajar
tidak ada lemah tidak ada kuat
tidak ada atas tidak ada bawah
itulah inti kehidupan
amitabha 3X

kesedihan hati tidak ada yang tahu
dunia sekarang
sama sekali kulihat berbeda
hati ini tak mengerti
tanpa keraguan kutetap melangkah
sebab kebenaran sejati kucari
sudah kutemukan damai
itu lebih utama
bimbingan Buddha mendampingi
kebahagiaan datang
amitabha 3X

kebahagiaan sejati di depan mata
tak mungkin kulepaskan
amitabha 3X

yang palsu mencari yang palsu
kebenaran mencari kebenaran
itu sudah pasti
hukum alam absolut
tak usah disesali
amitabha 3X

pencapaian kebenaran
amatlah sulit
membeberkan kebenaran
tidaklah gampang
hati nurani yang menilai
biarlah karma berjalan apa adanya
amitabha 3X

kekotoran batin hilanglah sudah
hanya diri sendiri
yang bisa membantu
tergantung karma baik
amitabha 3X

rahasia langit
biarlah hanya Tuhan yang tahu
tak usah dicampuri
amitabha 3X

semua sempurna
semua sempurna
ini benar benar sempurna
amitabha 3X

lepaskan semua beban
biar takdir yang menentukan
semua takdir sudah ada jalannya
kita tidak bisa
mencampuri karma orang lain
sangatlah berat
amitabha 3X

hidup tidaklah boleh dipaksakan
biarlah seperti air yang mengalir
baik buruk, sadar tidak
semua ada karmanya
tidak usah menghakimi
biar Tuhan yang membalas
biar nurani yang menilai
masing-masing punya nurani
tergantung sudah terbuka atau tidak
amitabha 3X

hidup selaras
saling membantu
saling mencintai
itulah kebenaran
amitabha 3X

usaha yang di buka
dengan memikirkan sesama
akanlah langgeng
usaha yang di buka
untuk kepentingan pribadi
akan sia sia
tidak tergantung seberapa banyak
yang kau kumpulkan
tapi tergantung seberapa banyak
yang kau lepaskan
amitabha 3X
inilah ajaran sang Buddha
amitabha 3X

sebuah pencapaian
perlu pengorbanan
hati haruslah siap
amitabha 3X

susah mengungkap
kebenaran di dunia ini
yang palsu dibilang benar
yang benar dibilang palsu
alangkah menyedihkan
amitabha 3X

tempat ini suci
jauh dari keramaian
jauh dari ego
jarang yang mau ke sini
tempat sampai kotor
nanti akan banyak yang datang
kesucian telah lahir

minta derma
perbaiki tempat ini
saya utusan Kwan Im
tanpa pamrih

kebaikan harus diungkapkan
kepalsuan sudah banyak
amitabha 3X

kesejukan terasa menimpa jiwa
Kwan Im pun menyambut gembira
tiada lagi duka
yang tertinggal hanya suka
itulah kebahagiaan sejati
amitabha 3X

kesucian telah datang
hanya orang orang yang tulus
yang kumpul di sini
amitabha 3X

May all beings be happy n free
Love you all

❤️

Pearls of Joy-by Kevin Kern

2 comments
2 FacebookTwitterPinterestLinkedinWhatsappEmail
IMG_1964
IMG_1963
IMG_1965
IMG_1967

Previous
Next

Saya teks kerabat dekat yang tengah berlibur ke Bali. Apakah mereka ada acara hari ini? Mereka kebetulan tidak ada acara dan kami sepakat mengunjungi cafe kesayangan kami di Ubud, Alchemy, sebuah cafe raw vegan organic. Suasana menjelang akhir tahun agak ramai. Arus kendaraan di jalan tampak mulai padat karena suasana akhir tahun. Tapi syukurlah, akhirnya sampai juga kami di Ubud.

Saat masuk, cafe tampak cukup ramai, saya di sambut Dewa, staf yang biasa melayani kami. Kami mencari meja tiga kursi, dan Dewa memberi kami meja no 1. Meja yang agak private karena terlindung dinding, meja favorite kami. Dewa berbisik, kami datang di waktu yang tepat, kalau lebih awal 15 menit, dipastikan kami tidak mendapat meja, cafe full atas dan bawah, tidak ada meja yang tersedia. Kami merasa beruntung, tidak perlu antri dan menunggu meja. Semua dilancarkan. Pilihan kami, Aloha Pizza dan Vietnamese spring rolls. Makan siang dan berbincang dengan orang yang memiliki selera, energi, aura, dan hobi yang sama, terasa sangat menyenangkan. Kebetulan kami bertiga menyukai spiritual pilgrim.

Kerabat ingin membeli kaos berbahan organic di jalan Hanoman. Saya mananyakan, apakah nanti mau mampir ke Cafe Hujan Locale, karena masih ada waktu. Sebab kalau ke desa Penglipuran tidak cukup waktu mengingat traffic lalu lintas menjelang tahun baru. Anak saya rekomendasi makanan dan suasana cafe bagus. Mungkin kami bisa mencoba appetizer dan beverages. Untuk menambah pengalaman. Karena tidak yakin kerabat ada waktu kembali ke Ubud sebelum kembali ke negaranya. Saya biasa melakukan perjalanan secara maksimal, efisien, dan efektif.

Perjalanan agak tersendat, dilanjutkan berjalan kaki ditingkahi gerimis karena jalan yang cukup padat oleh tamu yang datang berlibur. Di depan toko tujuan tertulis diskon 50%, kami senang. Kami masuk dan bertanya. Ternyata diskon sudah tidak tersedia, hanya sampai hari Natal, dan kami mesti membayar penuh untuk items yang kami beli. Kami tidak keberatan, anggaplah kami membantu perusahaan supaya tetap eksis berkarya.

Tujuan selanjutnya, Hujan Locale Cafe. Sopir, kami biarkan tetap di sekitar jalan Hanoman, karena untuk berputar, pasti memerlukan waktu yang tidak sedikit, karena padatnya lalu lintas di Ubud point.

Kami berjalan kaki ke arah jalan Sri Wedari, ternyata tidak jauh, kami temukan cafe yang kami cari. Anak saya benar. Makanan, presentasi, suasana cafe nyaman dan cozy. Founder cafe, Will Meyrick, the street food chef, membantu anak anak dari Bali Children Foundation Kerobokan untuk di didik dan dipekerjakan di restaurant mereka atau tempat lain. Jadi setelah lulus pendidikan, alumni tidak perlu kuatir karena sudah ada tempat yang menerima mereka bekerja. Saya terharu mendengar kisah ini, dari staf yang melayani kami. Another beautiful soul.

Kerabat ingin mampir ke Anand Ashram Ubud, jika ada waktu. Saya cek di google, suatu kebetulan, ashram berada satu jalan dengan cafe. Terasa selaras, berjarak 2.7 km. Untuk efisiensi, saya memutuskan memakai gokar. Saya mulai pesan, beberapa kali gagal, ternyata on line taxi tidak boleh beroperasi di daerah Ubud. Akhirnya staf cafe menyarankan kami, berjalan ke depan, mencari taxi private. Kami berjalan ke ujung depan jalan berusaha mencari, tapi tak menemukannya. Jalan penuh sesak dan sedikit berasap, diselingi bau khas sebuah pet shop di belakang kami. Kami bergeser dan menemukan seorang Ibu penjual kipas dengan seorang anak. Malu bertanya, sesat di jalan. Ingat pepatah ini, saya bertanya. Ibu itu menyambut ramah dan berusaha membantu. Ibu itu bilang ada taxi, tapi si Ibu kembali tanpa hasil juga. Akhirnya Ibu penjual kipas berlari ke belakang. Kami tunggu di depan. Kerabat sarankan untuk pulang saja, dan kembali ke sana lain kali. Saya bilang, kita tunggu saja Ibu itu. If its meant to be, its meant to be. Selang beberapa saat, Ibu itu kembali, ternyata bersama driver dibelakangnya, dan mobil ada di depan cafe tempat kami makan tadi. Saya memberi Ibu itu sekedar tanda jasa atas kebaikannya. Ibu itu terkejut dan berusaha menolak. Saya bisikkan, buat uang jajan si kecil. Saya lihat binar bahagia dan penghargaan dimatanya.

Kami meminta taxi driver mengantar dan menunggu kami di ashram, setelah itu drop kami di tempat semula. Ternyata Pak Made, driver kami, sering mengantar tamu ke ashram. Bagi Pak Made, ashram sudah tidak asing. Pak Made sangat ramah dan baik.

Kami di sambut murid Anand di ashram, mendengar sedikit penjelasan tentang ashram, dan berkeliling. Tersedia 6 private rooms dengan biaya usd 30/malam, dan 6 beds dengan biaya usd 20/malam, termasuk daily program, breakfast and lunch, ganti sprei seminggu sekali. Tampak luar kamarnya sederhana dan nyaman. Di depan ada kolam kecil dengan banyak taman. Kami tidak bisa melihat ke dalam kamar, karena saat itu lagi penuh oleh tamu retreat. Kami tidak ada kesempatan bertemu Anand Krishna, karena tengah memimpin retreat di Ciawi. Saat hendak pulang, kerabat sempatkan membeli 3 buah buku yang diinginkan dari awal dalam versi bahasa Inggris. Kerabat sangat senang.

Kami tiba di jalan Hanoman tepat waktu. Kendaraan tidak boleh berhenti terlalu lama di jalan.

Hidup mengikuti aliran kehidupan lebih mudah dan terasa ringan. Hidup tidak selalu sesuai harapan. Tuhan yang mengetahui apa yang terbaik bagi kita. Yang diperlukan hanya kerelaan. Hidup sederhana itu indah. Kami pribadi yang mudah bahagia. Mudah disenangkan. Kami sering melatih melepas. Kami bahagia dengan hal hal kecil yang mampir ke dalam kehidupan kami. Bukankah itu suatu berkah?

Jam menunjukkan pukul 11 malam, saat saya tiba di rumah. Saya antar kerabat dan suaminya terlebih dahulu ke hotel. Badan terasa agak penat, tetapi hati merasa bahagia. Saya senang melakukan pelayanan, setidaknya untuk kerabat dan suaminya. Memberi mereka kenangan indah sebagai kado akhir tahun.

May all beings be happy n free
Love you all

❤️

What A Wonderful World – by Louis Armstrong

4 comments
1 FacebookTwitterPinterestLinkedinWhatsappEmail

Kilas Balik Kehidupan

by Surijani

Suatu hari di dalam perjalanan retreat menuju Kintamani, saya menerima sebuah video di hand phone saya. Ketika membuka video itu, saya sangat terkejut. Tampak seorang pasien tengah mengerang kesakitan di sebuah kamar rumah sakit. Lelaki itu terlihat tua dan mengenakan pampers. Rasanya wajah ini tidak asing. Saya perhatikan dengan seksama, ternyata lelaki itu merupakan salah satu kerabat  dekat dari orang tua. Sudah lama menghilang kabarnya. Terdengar di video suara tegas seorang wanita, menawarkan untuk makan. Seperti anak kecil, lelaki paruh baya itu menjerit kesakitan, sebelum akhirnya setuju untuk makan. Saya pikir, bukannya dia menolak untuk makan, tetapi terlebih dia tidak dapat mengatasi rasa sakit karena penyakit kanker kelenjar getah bening yang menggerogotinya. A silence killer. Biasanya penyakit ini terdeteksi saat sudah stadium lanjut.

Sejenak pikiran saya melayang ke tahun 80 an. Saat saya masih remaja. Wajah yang saya lihat, sangat berbeda dengan wajah yang dulu, saat kejayaan materi, keharmonisan keluarga, jasmani yang sehat masih di dalam genggaman. Lelaki itu pernah menjadi salah satu entrepreneur yang cukup sukses dan glamour dijamannya. Kesan yang sangat membekas, lelaki itu pernah mentraktir 2 mangkok mie, untuk saya dan kakak. Kami dari sebuah sanggar olah raga, saat mampir ke salah satu depot bakmie terkenal di Denpasar. Saya lihat lelaki itu, juga datang untuk makan. Kami berdua terkesima, saat menuju kasir, ternyata tagihan kami sudah terbayar. Lelaki itu membayar makanan kami, tanpa kata kata. Sikapnya sangat mengesankan.

Saya termenung.
Betapa rentannya hidup kita ini. Kalau tidak mawas diri, di hari tua kita akan menderita.
Kita mesti menjaga diri kita sendiri. Tidak ada yang bisa kita andalkan selain diri kita sendiri.
Sangat mengenaskan saat semuanya di ambil dari kita, fisik juga sudah tua dan lemah, apalagi diimbuhi dengan penyakit berat.

Hal ini semata terjadi karena batin yang kurang terasah, ego dan kesadaran diri yang kurang terlatih. Saat kondisi tubuh kuat dan sehat biasanya kita terlalu fokus kepada pencapaian external, mengejar identitas diri yang hanya merupakan ilusi dan melupakan pencapaian yang di dalam. Lupa mengikis kemelekatan-kemelekatan dan emosi-emosi negatif yang ada di dalam batin kita. Padahal faktor external, identitas diri itu tidaklah stabil, mudah berubah, tidak permanen. Memberi power kita kepada orang yang tidak tepat dan kurang bijaksana. Bimbang dan tidak memiliki hati yang teguh, membiarkan orang lain mengontrol hidup kita dan kurangnya perasaan cinta terhadap diri sendiri (less self love).

Kesuksesan material akan sangat indah kalau kita imbangi dengan pertumbuhan spiritual. Justru pada saat kita memiliki kesuksesan external, lebih mudah bagi kita untuk mengasah pencapaian yang di dalam. Karena kita memiliki banyak akses dan fasilitas yang menunjang kita untuk pencapaian ini. Syaratnya sederhana, adanya kebijaksanaan dan niat baik ke arah itu. Sadar untuk hidup seimbang dan harmonis antara material dan spiritual. Mendedikasikan diri kita untuk membantu dan melayani sesama dengan baik dan benar. Mengikuti petunjuk dan inspirasi dari Guru Kehidupan Sejati (The Real Spiritual Masters) melalui buku, video, atau secara langsung bertemu sesuai dengan level kesadaran kita masing masing, apabila kita belum mampu mengandalkan Guru Sejati yang ada di dalam diri kita, yaitu Jati Diri kita. Dan aplikasikan ke dalam hidup kita sehari-hari. Mengetahui teori bukan berarti kita bisa mengaplikasikannya. Oleh sebab itu kita mesti terus kukuh melatih diri. Guru Kehidupan kita terus akan berubah mengikuti perkembangan spiritual yang kita miliki. Ikuti dan nikmati saja momen demi momen.

Saat faktor penunjang external tidak lagi kita miliki, apakah kita masih bisa tetap perkasa?
Saat itulah kesuksesan kita yang sejati di uji. Kesuksesan sejati adalah saat kita mampu bangkit kembali ketika di smash down. Jiwa tetap kuat dan tegar untuk bangkit kembali menata mozaic kehidupan yang tercecer. Karena pencapaian spiritual membutuhkan waktu. Sebaiknya jangan menunggu terlalu lama. Lakukanlah sekarang juga. Doa dan meditasi (refleksi diri, forgiveness, self love, unconditional love, doing service to God and others) sangat membantu dan menguatkan kita. Jadilah penakluk diri sendiri. Jadilah pemenang sejati kehidupan.

Saya jadi teringat cerita adik tentang kisah indah hidup petinju dunia George Foreman.

Tidak ada yang bisa saya lakukan untuk lelaki itu. Hanya mendoakan, mengirim vibrasi cinta kasih, semoga lelaki itu bisa melalui hari-harinya dengan lebih baik dan penderitaannya berkurang. Semoga ditemukan jalan yang terbaik untuknya. Bisa menerima cobaan hidupnya sebagai bagian dari karma yang mesti dijalani. Dan tercerahkan di sisa hidupnya. Sebab di mata Tuhan, semuanya sempurna.

Entah siapa yang merekam video itu. Rasanya tidak etis mengabadikan seseorang dalam kondisi seperti itu. Apalagi dengan tujuan pengakuan diri.

Video sudah terlanjur saya terima.
Biarlah video ini saya simpan. Sebagai bahan perenungan dan alarm bagi saya untuk selalu mawas diri.

May all beings be happy and free
Love you all

❤

Memory – by Barbra Streisand

6 comments
1 FacebookTwitterPinterestLinkedinWhatsappEmail

Cinta Kasih

by Surijani

Bunga bermekaran
Tak lekang oleh waktu
Wangi jinggamu
Tetap abadi
Meruak tanpa suara
Tak ada celah
Tanpa isi
Tampak padat
Namun lembut
Menjalar tanpa henti
Memberi bahagia
Sesama
Akar yang kuat
Tak lapuk oleh waktu
Tanah penuh pupuk
Menyatu menguatkan
Dalam bisu

Tuhan
Bersama Mu
Aku diam seribu kata
Tanya sudah terjawab
Tanpa aku susah meminta

0 comment
0 FacebookTwitterPinterestLinkedinWhatsappEmail

Awan di langit
Separuh kelabu
Burung berkelana
Berkelompok
Semburat jingga
Di langit luas
Sepi berkabut
Hati yang luka

Duka ini
Masih membekas

Kemarin
Helaan nafas
Masih menyatu
Senyum canda mu
Menyambutku
Sekarang
Hanya gundukan
Membisu

Kutepis
Sisa dukaku
Berharap
Gembira
Menggantikan

Andai
Waktu bisa ku putar
Ingin ku bawa kau pulang
Kudendangkan
Lagu riang
Kujelaskan
Indahnya
Hukum karma
Juga tentang kasih
Karunia Tuhan

Andai waktu
Bisa kubujuk
Sepi mu
Kutitip bintang
Biar riang
Menjaga mu
Saat ini
Dan selamanya

0 comment
2 FacebookTwitterPinterestLinkedinWhatsappEmail