Author

Surijani

“In Your light I learn how to love;

In Your beauty, how to make poems;

You dance inside my chest where no-one sees You;

But sometimes I do, and that sight becomes this art.”

Saya pandang di kaki langit tidak banyak gumpalan awan. Tempat berpijak ini terasa sedikit berangin karena letaknya dekat dengan pantai. Langit sangat cerah ketika saya menginjakkan kaki di sebuah villa di daerah Pererenan untuk mengikuti storytelling workshop. Seperti biasa, saya di sambut Ibu Nyoman. Terdengar renyah suaranya, murah senyumnya. Keramahannya langsung memberi rasa nyaman. Energi Ibu Nyoman sangat menarik hati saya karena penuh dengan love and care. Dahulu Ibu Nyoman bekerja dengan seorang expat di destinasi terkenal Poppies Lane, Kuta. Kejadian bom bali, membuat restoran tutup. Setelah itu Ibu Nyoman bekerja dengan expat lain di sebuah villa di Pererenan. Suatu saat karena alasan tertentu, villa di jual kepada salah satu kerabat dan semua staf ikut pemilik villa yang baru. Namun hubungan pemilik lama dengan Ibu Nyoman masih berlangsung. Saat pemilik lama berkunjung ke Bali, masih sering meminta bantuan Ibu Nyoman untuk membersihkan villanya yang lain, saat off time. Saya menyukai pisang goreng, tetapi villa di sini tidak menyediakan penganan favorit saya. Ibu Nyoman berjanji akan membuatkannya di rumah untuk saya, kalau datang lain kali. Saat menikmati kelapa muda yang menjadi andalan villa ini, Ibu Nyoman bercerita, ada tamu yang memutuskan untuk mengakhiri hidupnya beberapa hari setelah pindah villa. Tamu terlambat memperpanjang waktu stay dan sudah di isi tamu lain. Tamu tengah depresi dan membutuhkan teman bicara yang nyaman. Sering kita tidak menyadari, healing energy kita menyembuhkan jiwa lain yang sangat membutuhkan. Banyak orang datang dari berbagai belahan dunia ke Bali untuk proses healing dan pencarian jati diri. Ada banyak Ibu Nyoman-Ibu Nyoman yang lain.

“Words are a pretext;

It is the inner bond that draws one person to another, not words.”

Di area Kuta, ada sebuah tempat yang suka saya kunjungi. Energi pemilik dan business partnernya sangat mendamaikan hati. Omakase dan the ritual art of Japanese tea ceremony, powdered green tea Sado atau Chado, the way of tea. Di sini kita tidak hanya datang untuk minum teh, tetapi juga membangun net working dengan pemilik energi yang sama. Informasi, terutama tentang kuliner yang tengah menjadi topik hangat juga menjadi kekuatan di tea house ini. Menempati area yang tidak terlalu besar, tetapi tetap terasa ada ruang, karena hanya menerima maximum 5 tamu saat PPKM. Saya bayangkan, tempat lain sudah pasti tidak akan menyia-nyiakan kesempatan kalau banyak tamu datang ke tempat usaha mereka. Namun inilah kelebihan tempat ini yang tidak bisa saya jumpai, di banyak tempat. Secara tidak langsung, tea house ini mengaplikasikan esensi dari Zen. Mindfulness. Tahu kapan merasa cukup. Kenyamanan pelanggan menjadi pertimbangan utama. Saya menyaksikan seni menuang teh, seperti meditasi dalam gerakan. Sado membuat pikiran tenang dan mempererat koneksi jiwa dengan ahli pembuat teh ( Tea Master). Tersedia dari penyajian traditional sampai modern. Pilihan favorit, matcha beer sangat menyegarkan di tengah terik.

“Respond to every call, that exites your spirit.”

Di pegunungan daerah Kintamani, terdapat sebuah resort yang didirikan oleh seorang relawan untuk East Timor dan Bali yang berasal dari Jakarta yang sudah menjadi warga negara Australia. Kehadiran resort yang sebelumnya menjadi rumah singgah bagi volunteer workers, terasa seperti mata air di tengah lebatnya hutan pinus. Di bagian bawah belakang resort, terdapat semacam onsen (permandian air panas) yang dikendalikan dengan mesin karena di area ini tidak ada sumber air panas. Resort sangat artistik di buat langsung dengan sentuhan detail pemiliknya. Dimana pemilik resort bisa total mengekpresikan imajinasinya. Resort terdiri dari beberapa joglo yang dimodifikasi. Ruang kosong bawah yang disangga 4 tiang dijadikan kamar. Membuat joglo tampak bertingkat. Joglo paling tua di buat di tahun 1910 dan sudah berumur lebih dari 110 tahun. Mengunjungi resort seperti mempelajari sejarah. I can feel the peaceful energy. Tersedia tempat untuk meditasi dan amphitheatre untuk pertunjukan kesenian daerah. Koi pond menjadi daya tarik tersendiri dengan purple Iris flowers yang bibitnya didatangkan langsung dari Australia. Iris berarti pelangi di dalam bahasa Yunani. Juga tampak pahatan simbol dari ke-7 cakra dan bisa di lihat saat turun dari area restoran. Kalau beruntung, kita bisa menyaksikan jajaran 7 mountains diantaranya Gunung Catur, Gunung Batukaru, Gunung Sanghyang dari restoran. Juga bisa menikmati alunan denting piano yang dimainkan oleh seorang Master sekaligus business partner dari pemilik resort.

“There is a candle in your heart, ready to be kindled;

There is a void in your soul, ready to be filled;

You feel it, don’t you?”

Kisah pembuat singing bowl.
Selama bertahun-tahun, singing bowl di buat untuk mengejar materi semata. Suatu saat pembuat singing bowl terganggu kesehatannya dan mendapat sound treatment dari seorang healer. Energi yang tidak selaras menimbulkan sumbatan di meridian. Healer memberikan nasehat untuk membuat singing bowl dengan curahan hati. Pembuat singing bowl mengikuti nasehat sang healer. Sejak saat itu yang berminat membeli singing bowlnya meningkat. Terutama dari luar negeri dan kesehatannya berangsur membaik. Bahkan sang pembuat singing bowl bisa membeli lahan dan menyekolahkan anak-anaknya ke luar negeri. Intension yang baik menghasilkan hasil yang baik pula.

“Goodbyes are only for those who love with their eyes;

Because for those who love with heart and soul;

There is no such thing as separation.”

Kisah hotel near Ghorepani, di Poon Hill, Nepal. Tempat trek terkenal untuk melihat jajaran Himalaya. Hotel terletak di ketinggian 3.200 metres, di atas permukaan laut. Pemilik hotel merupakan salah satu team perenang National Nepal. Dan sering melanglang buana. Saat traveling banyak belajar hal-hal baru dari negara lain. Termasuk kuliner. Pemilik hotel pernah memperkuat team Canada sebagai a competitive diver sebelum kembali ke Nepal untuk membangun hotel, dan memiliki keahlian memasak yang baik. Bisa menghidangkan makanan international. Dan menjadi salah satu andalan hotel ini. Suatu saat hotel dikunjungi pejabat penting China. Pemilik hotel sangat bahagia dan merasa sebuah kehormatan didatangi tamu penting. Pemilik hotel memberi gratis semua pelayanan hotelnya. Pejabat China kaget, karena mereka berkunjung dalam satu group, sudah tentu nilainya tidak sedikit. Namun pemilik hotel tulus membebaskan semua biaya. Saat berbincang, sang pejabat bertanya, apa yang dicita-citakan pemilik hotel. Pemilik hotel ingin tenaga listrik masuk ke area hotelnya. Tidak lama kemudian, cita-cita pemilik hotel terealisasi. Tenaga listrik tidak hanya menerangi hotelnya. Tetapi juga seluruh desa di sana. Sangat nyata ketulusan dan kesungguhan hati, memiliki energi yang besar untuk menarik sesuatu yang lebih fenomenal.

“Wherever you are, and whatever you do, be in love.”

Suatu kesempatan setelah makan siang…
Saya mengantar seorang teman dari luar kota minum jamu dan penganan ringan di sebuah gallery perhiasan di daerah Petitenget. Saya menyukai ruang yang ditawarkan di belakang gallery. So beautiful and peaceful. Ada gapura yang bisa menjadi latar untuk berselfie ria. Saat becakap-cakap kami diberitahu akan ada free jamu workshop dan tersisa seat untuk 3 orang. Tanpa pikir panjang, saya mengambil seats yang tertinggal serta mendaftarkan 2 staf untuk belajar membuat jamu. Kerabat tidak bisa hadir karena mesti kembali ke kotanya. Saat pandemi, waktu sangat baik dipakai untuk belajar meningkatkan kualitas diri menjadi lebih baik. Saya berharap workshop ini bermanfaat untuk meningkatkan pelayanan perusahaan kepada tamu setelah masa pandemi usai dan mengedukasi staf kami untuk mengembangkan kapasitas diri. Surprise dan sangat mengesankan, kelas diberikan secara gratis. Bahkan kami bisa membawa pulang beberapa botol jamu yang kami buat bersama. What a beautiful soul. Pemilik gallery juga pemerhati lingkungan. Dan memiliki usaha arsitektur dari bahan bambu yang ramah lingkungan. Mereka memiliki komitmen, satu bambu yang terpakai akan digantikan dengan menanam satu bambu.

“Only from the heart can you touch the sky.”

Satu energi selalu mencari energi yang sama. Di mana-mana saya melihat banyak keindahan dan kebaikan. Satu pesan ke pesan yang lain. Sebuah puzzle kehidupan yang sangat indah dan menakjubkan. Penuh misteri sekaligus sangat sederhana. Kalau terlatih, kita akan piawai memainkannya. Hidup ini singkat dan sangat berharga, di dalam mengarungi kehidupan, hendaknya selalu pilih pilihan yang lebih tinggi.

Meditasi dan internal practices membuat banyak keinginan perlahan sirna. Membuat kita kembali ke esensi Diri kita yang Sejati. Saat itu, kehadiran kita, akan menjadi oase bagi jiwa yang lain. Melayani sesama adalah sebuah karunia agung. Menyembuhkan sesama sebenarnya menyembuhkan diri sendiri.

May all beings be happy and free from sufferings

❤️ you all

Poems by-Mawlana Jalal-al-Din Rumi

I am always right here-by Kevin Kern

 

4 comments
3 FacebookTwitterPinterestLinkedinWhatsappEmail

SELF-MASTERY

by Surijani


“I am Self-Love…”

Self love merupakan esensi yang sangat penting. Dengan memahami diri sendiri, membuat kita lebih mudah untuk memahami orang lain.

Di awal tahun 2021, saya sempat merasa di persimpangan tanpa petunjuk. Saya tetap intens menghadiri spiritual workshops, retreats, self healing classes. Hati terasa gamang dengan pilihan jalan yang banyak di depan mata. Entah jalan mana yang mesti saya pilih dan sudah benarkah saya menjalani tugas saya di dunia ini? Apakah sudah sesuai dengan jalan yang di tunjuk Tuhan? Berbagai pertanyaan berkecamuk di dalam hati dan terasa kabur. Yang akhirnya membuat saya tidak mau memikirkannya lagi. Ternyata kita memiliki body intelligent, kalau kita bertanya dengan tulus dan surrender, tubuh akan merespon batin kita.

Suatu hari, di awal bulan Maret, saya berkesempatan mengikuti 1 day shamanic woman,s immersion day, di Tampaksiring, Gianyar. Dan saat closing mendapat 5 petunjuk yang menjawab jelas pertanyaan batin saya. Tidak terasa air mata menitik, takjub dengan cara Tuhan bekerja. Semakin sering kita melepas blockages, connect with the Self, kita akan semakin peka dengan pesan-pesan yang dikirimkan. Saya memahami pesan yang dikirimkan dan disarankan lebih percaya diri dengan intuisi dan vision yang saya rasakan. Sudah berada di jalan yang benar dan mesti lebih informatif dengan pesan yang saya terima, terutama di bidang kesehatan. Inilah panggilan hidup saya yang sebenarnya.

Sidemen, Karangasem
Di bulan Mei…
Saya agak terlambat tiba di tempat retreat. Tetapi masih bisa menghadiri opening circle. Saya menyukai session opening dan closing, selain inti retreat itu sendiri. Peserta di beri waktu untuk berbagi dengan bebas tanpa rasa takut dengan penilaian (judgements). Saya bisa melihat pertumbuhan dan proses healing yang saya alami. Semua butuh latihan dan waktu yang tidak sedikit. Berlapis lapis. Saat closing circle, saya perhatikan, hampir semua peserta menangis saat sharing. Participants need more time untuk mengekspresikan emosi dan perasaan mereka. Timbul keinginan memberi waktu. Saya pikir mereka lebih memerlukan healing dan didengarkan. Saatnya untuk menguatkan sesama yang tengah memerlukan. Saya masih ingat, delapan bulan sebelumnya, saat sharing, suara saya masih bergetar, sedikit terbata, dan masih ada isak tangis. Walaupun saat itu saya beranggapan, telah menyembuhkan trauma masa lalu. Ternyata masih ada unfinished emotions yang mesti dituntaskan. Deep listening is a form of healing. Sebelum retreat berakhir, saya sempat mengambil palm reading session dengan pemilik resort yang ramah dan rendah hati, serta memberi saya petunjuk langkah penting yang mesti saya lakukan di dalam hidup.

“Knowing others is intelligence;

knowing yourself is true wisdom

Mastering others is strength;

mastering yourself is true power”

Andai hidup kita mulai terasa ada hambatan dan tubuh menjadi sakit. Sebenarnya ini merupakan signal dan warning untuk berubah dari pola hidup kita yang lama. Sangat berguna kalau kita bisa mengambil hikmah dari setiap pelajaran yang diberikan. Menyembuhkan limited understanding, character defects, false doctrines. Trauma dari masa lalu dan past lifes. Melakukan total acceptance. Tidak ada hal yang tidak bisa kita terima. Dengan sepenuhnya memaafkan diri sendiri dan orang lain serta compassion, kita bisa melanjutkan hidup kita. Energi jadi bertambah karena hambatan di meridian (jalur energi) berkurang. Saat energi ke-12 meridian dari 12 organ penting kita mencapai harmonisasi, pemahaman spiritual dan vibrasi meningkat, proses healing terjadi. Meningkatnya kesadaran (consciousness) adalah kunci terlepas dari sufferings. Percaya dan setia di jalan yang kita tempuh. Saat kita surrender, suatu hari, Tuhan akan membuka jalan untuk kita dengan cara yang tidak pernah kita duga dan bayangkan sebelumnya.

Pertengahan Bulan Juni…
In such a beautiful way, saya akhirnya dipertemukan dengan orang yang tepat, yang bisa mengarahkan saya ke tujuan hidup di level yang berbeda. Mungkin karena sudah waktunya dan saya lebih ready, setelah mencari selama 6 tahun. Untuk menarik energi kualitas tertentu, kita sendiri mesti memiliki ingredients kualitas energi yang ingin kita tarik. Energi yang selaras, mempermudah kolaborasi. Berhubungan dengan orang yang memiliki light hearted energy, easy going, humble, helpful, selalu menciptakan kind of joy and happiness.

Filosofi kisah singing bowls…
Seorang wanita memesan khusus tujuh buah singing bowl, yang melambangkan ke tujuh cakra, dilapisi emas yang di dapat dari warisan orang tuanya. Wanita ini sangat bangga dengan keahliannya dan menyebut dirinya sebagai Sound Healing Goddess. Suatu saat, suara singing bowl tidak harmonis lagi. Wanita ini ingin memperbaiki ke pembuatnya. Merasa ada yang salah dengan singing bowl. Tetapi tidak ada yang bisa dilakukan. Suatu ketika wanita ini putus hubungan dengan pasangannya dan merasa sangat terpukul. Egonya mulai melemah dan menjadi lebih rendah hati. Suara singing bowl kembali harmonis. Tidak ada yang salah dengan singing bowl. Singing bowl hanyalah alat. Keharmonisan suara yang dihasilkan tergantung dari keselarasan body, mind, and soul penabuhnya.

Tujuh cakra representasi dari perjalanan hidup kita yang mewakili masa tujuh tahun dari setiap cakra. Saat berusia 49 tahun, kita memasuki putaran ke dua dari siklus ke-7 cakra, semestinya bersiap kembali menjadi anak kecil yang menggantungkan hidup kepada Tuhan. Fisik secara bertahap mulai melemah, saatnya memupuk penguasaan diri dan melepas kemelekatan, fears, mengikis ego, surrender, lebih memilih jalan spiritual. Hidup harmonis dengan The Dao (Universe), sehingga hidup kita lebih dimudahkan dan diringankan.

“Manifest plainness…

Embrace simplicity…

Reduce selfishness…

Have few desires…”

Di dalam Penguasaan Diri (Self-Mastery), teknik bernafas sangat penting. Kalau kita bernafas dengan pelan dan panjang, hati menjadi lebih tenang dan lembut. Semakin tenang dan lembut hati kita, emosi bisa kita kuasai dan semakin sedikit oksigen yang dibutuhkan. Saya jadi teringat kisah satu group pemain bola yang terjebak banjir bandang di dalam goa Thum Luang Thailand, saat monsoon season di akhir bulan Juni 2018. Karena arahan asisten pimpinan group yang terlatih dengan meditasi dan pelatihan diri, bisa menyelamatkan anak asuhnya. Asisten ini pernah menjadi biksu dan berhenti karena harus menjaga ibunya yang sakit sampai sang ibu menemui ajalnya. Bukti jiwa bakti, kesetiaan, dan kesabaran seorang anak. Tidak semua orang bisa bertahan di dalam kondisi sulit, apalagi lebih dari sepekan. Dikelilingi air berlumpur di tempat sempit dan gelap, serta tempat berpijak yang basah dengan persediaan makanan dan minuman yang terbatas. Diperlukan kepiawaian meredam kepanikan dan berselisih satu sama lain yang bisa berakibat fatal. Kejadian ini menarik perhatian dunia dan melibatkan 1000 relawan dari dalam dan luar negeri. Menginspirasi dunia karena mereka semua selamat. Asisten pemimpin group pemain bola mengarahkan ke-12 remaja bermeditasi sambil menunggu bantuan datang. Ada kisah haru selfless service dan rasa tanggung jawab besar yang dilakukan asisten pemimpin group. Kondisinya paling lemah di antara ke-13 orang di dalam goa. Karena diyakini dia yang paling sedikit mengambil jatah makanan dan minuman. Dia juga sempat menitip kiriman video permintaan maaf (simbol humility) kepada relawan untuk semua keluarga atas kejadian ini sebelum akhirnya di evakuasi pada hari terakhir misi penyelamatan bersama 4 remaja lainnya.

Di sisi lain…
Para free diver bisa menahan nafas selama beberapa menit. Energi dan panas tubuh mampu di redam selama berada di dalam air. Di kedalaman laut diperlukan ketenangan dan gerakan lambat. Ada yang bisa bertahan di dalam air tanpa menghirup oksigen selama 24.33 detik. Karena terlatih dan dikondisikan selama bertahun-tahun. Ini bukti kapasitas kita bisa berkembang sejauh ini.

Pandemi saat ini, merupakan momen yang tepat untuk melatih penguasaan dan refleksi diri. Lebih sering melihat ke dalam. Proses, dan hadapi setiap emosi yang datang dengan mindfulness. Kenali emosi dan sensasi yang terjadi di dalam tubuh, sehingga membawa kita ke present moment. Emosi yang datang jangan diabaikan, di tolak, atau di pendam. Emosi-emosi sulit yang di tahan dan di pendam dalam waktu lama, akan menghasilkan toksin bagi tubuh, pikiran, dan hati kita. Ijinkan dan terima hidup sebagaimana adanya, sebagai kenyataan yang ada saat ini, yang membuat penolakan menjadi lebih lembut. Selidiki penyebab emosi, apakah ada hubungan dengan peristiwa sebelumnya? Amati tanpa penilaian. Adakah yang bisa dilakukan untuk membuat perasaan menjadi lebih baik dan nyaman? Misalnya mengekspresikan emosi dengan cara yang sehat, seperti menangis, berteriak di tempat yang sepi, membuat jurnal (menulis), berjalan kaki, berkebun, melukis, selfless services, bersedekah, prayer, meditasi, taiji, yoga…Ketahui bahwa pikiran dan emosi bukan bagian dari Kesadaran. Tidak permanen, datang dan pergi. Sehingga timbul perasaan bebas dan lega. Release and let it go. This too shall pass. Everything comes for reasons.

“I love you…

I am sorry…

Please forgive me…

Thank you…”

Sekilas menoleh ke masa lalu. Ada rasa penghargaan mendalam di relung hati. Saya berterimakasih kepada semua orang yang telah memberi warna, pelajaran dan kesempatan jiwa saya untuk bertumbuh. Memberi saya pemahaman hidup yang lebih mendalam. Bisa melihat hidup dari a larger picture dan perspektif yang berbeda. Semua ini tidak merubah keadaan external saya. Internal practices merubah cara pandang dan reaksi saya menghadapi pelajaran hidup yang datang ke dalam hidup saya. Menyadari tidak ada yang buruk. Yang ada hanya Teman yang baik dan Guru yang baik. Beyond ilusi dan delusi terletak Kebenaran Sejati.

May all beings be happy and free from sufferings

Love you all

❤️

Quotes-Dao De Jing, Ho’oponopono

Immortal Thoughts-by Bernward Koch

2 comments
3 FacebookTwitterPinterestLinkedinWhatsappEmail

ONENESS

by Surijani

“I am Peace

I am Love

I am Perfect Health”

Suatu siang…
Di sebuah toko keramik Petitenget. Saya tengah memilih gelas kopi. Saya asyik melihat-lihat, saat mendengar seorang lelaki asing tidak bisa membawa 3 gelas wiski yang dibelinya. Pembelian di bawah 100 ribu, mesti di bayar kontan, dan uang kontan yang dibawanya tidak cukup, hanya 22 ribu dari total 60 ribu yang mesti dibayarkan. Turis itu harus ke mesin atm dan mesti kembali lagi ke toko keramik. Turis berusaha nego, tetapi tetap tidak diperbolehkan, karena itu aturan perusahaan. Saat itu, covid-19 baru mulai merebak. Turis area terasa sedikit berbeda dari biasanya. Melihat kondisi ini, otomatis saya memberi tahu kasir, jadikan satu dengan tagihan saya, dan saya menjelaskan kepada turis, saya bayarkan tagihannya. Dia tampak terkejut dan tidak percaya. Saya meyakinkan sekali lagi. Masih setengah percaya, dia memberi saya uang kontan yang di bawa, saya mengatakan tidak perlu, tetapi dia memaksa. Akhirnya saya menerimanya. Turis itu tidak henti-hentinya mengucapkan terimakasih. Kasir memohon maaf kepada saya, tidak bisa membantu turis itu, karena kondisi toko yang sangat sepi. Banyak karyawan dirumahkan. Turis bahagia pulang membawa 3 gelas kecil yang dibelinya. Entah, saya ikut bahagia.

Pagi hari…
Menjelang hari raya Nyepi. Saya ada janji dengan seorang teman untuk sound healing session. Karena masih ada waktu, saya mampir ke bakery favorit di Ubud. Saya memesan kopi dan croissant untuk membuka makan pagi. Hampir selesai sarapan, saya melihat seorang perempuan berkebaya bergegas ke arah motornya tanpa membawa belanjaan yang sudah ada di meja kasir. Saya bertanya kepada kasir, ternyata perempuan itu lupa membawa dompet. Dengan cepat, saya memberi tahu kasir, tagihan perempuan itu jadikan satu dengan tagihan saya, sambil tergesa membawa belanjaan perempuan itu sebelum dia pergi. Lalu saya gantungkan belanjaannya di motor, perempuan itu terperangah, saat saya mengatakan, roti ini pemberian saya untuk hari raya. Tidak perlu kembali dan bisa melanjutkan upacara menyambut Nyepi.

“Be a ruler of your mind  and a servant of your heart”

Sanur…
Seorang perempuan tua, tampak melambaikan tangan di depan dinding kaca restaurant, tempat saya makan siang, sehari setelah hari Nyepi berlalu. Deretan meja di depan tidak ada tamu, sehingga saya bisa melihat ibu itu dengan jelas. Tergerak hati saya untuk menghampirinya. Ternyata ibu itu menjual jagung rebus, jauh-jauh dari Tampaksiring. Dia menawarkan dagangannya dengan antusias dalam bahasa daerah. Sekilas ibu itu bercerita sempat terjatuh di kamar mandi, badannya masih lebam dan telah mendapat perlakuan kasar dan kurang baik dari menantunya karena memiliki sedikit hutang. Anaknya juga tidak bisa membantu, karena takut kepada istri. Jagung yang di jual ini juga belum lunas. Saya bantu sedikit ringankan bebannya. Ibu itu menyarankan membeli lebih banyak jagung. Terdiam…saya bisa melihat dengan jelas, ibu ini memang butuh pertolongan, dan Tuhan telah memilih saya sebagai alatNya. Seharusnya saya bersama keluarga, makan siang di tempat ini sebelum hari Nyepi. Tetapi saya memilih hari ini. Karena memang akan dipertemukan dengan ibu tua ini. Dan bukan suatu kebetulan saya duduk menghadap kaca. Akhirnya saya membeli semua jagung, supaya ibu itu tidak berat lagi membawa beban di kepala dan memberi sedikit uang lebih. Ibu penjual jagung menangis dan terharu. Saat pamit, ibu itu beberapa kali menyuruh saya masuk kembali ke restaurant. Tetapi saya memilih menunggu, sampai badannya menghilang di lekukan jalan. Saya seperti telah lama mengenal ibu tua itu…

Seorang kerabat dekat menyalurkan bakatnya secara otodidak. Hobi membuat cakes and flowers. Tetapi belum berani menawarkan jasanya. Terkadang seseorang memerlukan sedikit bantuan untuk menyalakan sinar yang ada di dalam dirinya. Saya lihat cup cakesnya sangat vintage, cantik, dan sellable. Kebetulan ada teman yang ulang tahun, saya pesan cup cakes, tetapi kerabat menolak karena belum percaya diri. Ada sedikit lack of self-esteem di dalam dirinya, yang mesti di heal. Saya memberi dia space and time untuk memikirkannya, tanpa memaksa. Selang beberapa hari, kerabat berubah pikiran dan menerima pesanan saya. Harganya sangat terjangkau karena di buat dengan segenap hati. Saya bisa merasakan vibrasinya. Kerabat memberi saya gratis karena merupakan pesanan perdana. Tetapi saya menolak, karena saya menghargai curahan hati dan dedikasi seseorang. Siapa menyangka, justru cup cakes itu akhirnya menjadi light dari acara tersebut. Semua berebut mengambil cup cakes yang bertuliskan giraffe words (positif emotions), sesuai yang diharapkan para undangan. Memberi kepada orang yang tepat dan bisa menghargai pemberian kita sungguh membuat perbedaan. Malam itu, Korean restaurant milik teman yang baru di buka di daerah Pererenan, terasa hidup dan sumringah.

Suatu pagi…
Seorang teman healer menawarkan sound healing session sore hari. Saya masih ragu apakah perlu ke Ubud hari ini? Berselang beberapa saat, seorang kerabat mengirim pesan kepada saya, semenjak covid sudah beberapa bulan berdiam di rumah karena sudah sedikit lansia, dan mengatakan merasa bosan. Saya merasakan sinkronisitas. Akhirnya saya memutuskan mengajak kerabat ke sound healing, setelah meminta persetujuan, untuk melepas stres dan chakra balancing. Di satu sisi saya menghibur kerabat, di sisi lain mendukung teman healer. Session selesai, kami menghabiskan sore di tepi kolam ikan yang sudah mengering, ditemani makanan ringan dan teh hangat, serta suara kodok dan capung putih yang terbang. Juga berkesempatan berkenalan dengan sepasang tamu lain yang ramah. Senja mulai merangkak berganti malam saat kami pulang…horizon terasa menawan, luas, dan kosong.

”A spiritual practice is anything that makes you feel more beautiful inside you”

Indah…
Melakukan kebajikan-kebajikan kecil yang tulus kepada orang-orang yang memahaminya, tanpa memandang perbedaan. Giving is receiving. I see a lot of love in them. Berdana kepada orang yang tepat, di saat yang tepat dan benar. Membantu orang-orang yang membutuhkan tanpa mereka meminta dan menyelesaikan masalah mereka saat itu juga. Di dalam Zen, di kenal istilah satu mangkok teh mewakili satu kesempatan. Di mana moment yang sama tidak akan pernah terulang kembali. Kebanyakan saya terhubung dengan orang-orang yang tidak saya kenal dan sangat besar kemungkinan tidak akan bertemu lagi. Tetapi keindahan yang tertanam begitu dalam. Saya merasakan Oneness.

Terngiang puisi mempesona, karya Kamau Abayomi, saat tea ceremony terakhir…

“Without force,
I am simply suggesting

Tune in
The time is now

Integrate your tools,
into your being

Practice meditation
without music, incense and oils
Practice opening your heart
without cacao or chocolate treats
Practice multidimensional sight
without plants
Practice yoga
without a mat
Practice ceremony
without feathers, guitars, & drums
Practice clearing
without sage
Practice enhancing, amplifying, & protecting
without crystals
Practice
without any aids

…Just you and the expanded You

Practice conversing
without convincing
Practice being
without doing
Practice feeling
without analyzing
Practice experiencing
without criticism
Practice listening
without projecting
Practice thinking
without a story
Practice speaking
without parroting
Practice seeing
without lights
Practice dancing
without a DJ
Practice getting there
without GPS
Practice creating
without a laptop
Practice connecting
without a phone
Practice Love
without conditions”

Practice

Namaste…

May all beings be happy n free from sufferings

Love you all

❤️

Quotes-by Master Sri Avinash

Follow your heart-by Karunesh

0 comment
0 FacebookTwitterPinterestLinkedinWhatsappEmail

SELF-LOVE

by Surijani

“Our deepest fear is not that we are inadequate. Our deepest fear is that we are powerful beyond measure. It is our light, not our darkness that most frightens us. We ask ourselves, ‘Who am I to be brilliant, gorgeous, talented, fabulous? Actually, who are you not to be? You are a child of God. Your playing small does not serve the world. There is nothing enlightened about shrinking so that other people won’t feel insecure around you. We are all meant to shine, as children do. We were born to make manifest the glory of God that is within us. It’s not just in some of us; it’s in everyone. And as we let our own light shine, we unconsciously give other people permission to do the same. As we are liberated from our own fear, our presence automatically liberates others”.

Beberapa bulan ini, banyak events penting datang ke dalam hidup saya. Pengalaman dan pemahaman batin saya terus bertumbuh. Sepertinya saya mulai menemukan jalan terang untuk memenuhi panggilan hidup saya. Saya seperti baru terlahir. Prioritas hidup saya mengalami perubahan. Banyak hal yang dulu saya anggap penting menjadi tidak terlalu penting bahkan tidak penting sama sekali. Kawan-kawan baru yang memiliki satu visi banyak bermunculan. Sebagian teman lama menghilang. Mungkin karena vibrasi kami sudah mengalami pergeseran. Banyak hal sederhana sekarang bisa saya nikmati. Sungguh hidup merupakan sebuah Ilusi. Dan manusia sering terjebak didalamnya. Perlu pemahaman yang mendalam, untuk terlepas dari belenggu dan memahami maknanya.

Suatu kesempatan, saya menghadiri tea ceremony yang diadakan oleh seorang Tea Master bersama beberapa undangan lainnya. Mostly I saw white color. Ini kedatangan saya yang ke-3. Entah kenapa, hati saya terharu. Bagaimana bisa, selama ini saya melewatkan kesempatan yang indah ini? Menikmati tea dengan natural dan blue water lily essence ditemani kirtan artist membuat saya lebih menyelami keindahan dan keheningan. Menyelam ke kedalaman penghargaan, saya merasakan senyum bulan.

Ubud menjelang siang…
Saya break sesaat, sehabis mengambil kelas spiritual. Minum segelas kopi hitam tanpa gula dengan penganan ringan, menghadap lotus pond, merupakan sebuah kemewahan. Ditemani dengan pendiri sebuah cafe dan villa di desa Penestanan, yang kebetulan mampir, saya lebih mendalami arti sebuah kesederhanaan. Orang yang telah mendapat pemenuhan diri di dalam hidup mereka, biasanya sangat bersahaja. Seperti Bapak Wayan ini. Almost unseen and unheard…

Tiba saat makan siang…
Restaurant Nusantara yang saya tuju, ternyata hanya buka di akhir pekan. Langit terlihat mendung, sebentar lagi hujan akan turun. Tidak mau mengambil resiko kehujanan, saya lirik, di sebelah ada Japanese Kitchen resto cukup luas. Look beautiful and clean. Saya pikir tidak ada salahnya buat di coba. Ternyata makanannya memang tidak mengecewakan. Saya satu-satunya tamu mereka. I feel blessed to support their business. Menu pilihan saya Hiyashi Somen, Yakitori dan segelas Japanese green tea hangat. Indah kalau kita memiliki hati yang terbuka untuk segala peristiwa yang berlangsung di hadapan kita. Mampu menjalani hidup dengan ringan dan sederhana, merupakan sebuah karunia.

Gerimis mulai menyirami dan menghias ruang terbuka di hadapan saya. Indah dan lembut. Suatu tingkatan, dimana saya bisa menikmati keindahan alam dengan less judgement, lebih mindful, dan being present. Bisa menerima keadaan dengan penuh dan tanpa syarat, merupakan keterampilan di dalam menjalani hidup ini yang tidak bisa diabaikan.

Atap jerami dan genteng jajaran toko di hadapan saya mulai tampak basah. Kapasitas air tumpah dari langit tampak semakin besar. Disertai kilat dan petir. Jalanan yang sudah sepi menjadi semakin sepi. Hanya tampak satu dua kendaraan yang lewat. Namun…Tidak ada pertunjukan yang tidak pernah selesai. Setelah beberapa saat, hujan mulai reda. Dan saya melanjutkan perjalanan untuk mengambil internal practice class berikutnya.

And no one will listen to us until we listen to ourselves”.

Ubud memiliki elemen air yang merupakan simbol dari spirituality dan humility. Air dari gunung dan sungai selalu berakhir di tempat yang paling rendah yaitu samudera. Di tengah pandemi seperti ini, saya bisa menikmati Ubud sampai ke pelosok desa-desa yang ada di sana. Biasanya padat turis dan jalanan macet. Ini kesempatan yang jarang terjadi. Dengan pelayanan dan penghargaan bintang lima, setiap bisnis mengharapkan kehadiran kita. Pandemi covid memberi pelajaran kepada kami semua di Bali, untuk meningkatkan dan mengembangkan sumber pendapatan, selain dari sektor pariwisata. Hard lesson make us learning and becoming much better.

Sore hari, saatnya untuk pulang…
Saya teringat dengan topik kelas tadi pagi tentang Sacred Death, Kematian Yang Suci. Topik yang sangat jarang orang perbincangkan dan terasa tabu. Buddha pernah berkata, berdamai dengan kematian membuat hidup kita menjadi lebih tenang. Karena Kematian adalah sesuatu yang pasti dan akan datang. Alangkah indah kalau kita bisa bersiap dan salah satunya mendesign ceremony seperti apa yang kita inginkan secara lebih mendetail.

Saya mengisi pemenuhan diri di dalam hidup ini dengan banyak belajar. Saya lebih memilih internal fulfilments. Terutama pemenuhan diri yang berhubungan dengan inner peace. Ini merupakan bentuk Self Love yang saya berikan kepada diri sendiri. Karena saya percaya, kumpulan pemenuhan diri di dalam hidup ini, membuat kita dekat dengan enlightenment.

Love is what we are born with. Fear is what we learn. The spiritual journey is the unlearning of fear and prejudices and the acceptance of love back in our hearts. Love is the essential reality and our purpose on earth. To be consciously aware of it, to experience love in ourselves and others, is the meaning of life. Meaning does not lie in things. Meaning lies in us”.

May all beings happy and free from sufferings

Love you all

❤️

Quotes-by Marianne Williamson
Oh My Love-by John Lenon

8 comments
4 FacebookTwitterPinterestLinkedinWhatsappEmail

Before one studies Zen, mountains are mountains and waters are waters; after a first glimpse into the truth of Zen, mountains are no longer mountains and waters are no longer waters; after enlightenment, mountains are once again mountains and waters once again waters”.

Senja di Munduk, hujan lagi, melengkapi gerimis kemarin yang sempat turun. Hawa dingin menyelimuti tempat retreat kami. Rencana melihat air terjun dibatalkan. Digantikan dengan free time, saya memilih mendengar pengalaman spiritual dari dua Master. Selalu ada hal baru yang bisa kita pelajari dan aplikasikan ke dalam hidup kita. Belajar dari pengalaman orang lain, membuat kita lebih cepat belajar. Tidak perlu mengulang kesalahan atau kegagalan yang pernah terjadi.

Teringat perjalanan retreat kemarin, makan bersama di tengah hutan. Terasa nikmat walau makanan vegetarian sederhana di bungkus daun pisang. Kami terlindung dari hujan yang seolah tertahan dan baru jatuh setelah kami berada di dalam mobil. Terasa mengesankan dan tercetak kuat di memori…

Akhir-akhir ini, saya seperti menemukan benang merah kejadian 3 tahun lalu yang di picu oleh kejadian 14 tahun lalu. Saya seperti menemukan mozaic kehidupan saya. Sekarang saya lebih mudah memahaminya. Saya lebih peka melihat dan mendengarkan pesan yang dikirimkan oleh alam semesta. Mungkin karena banyak emosi negatif yang terlepas saat meditasi yang rutin saya lakukan.

Hari ini…Hujan turun lagi. Intensitasnya tidak seperti biasanya. Mungkin karena hunian hotel sangat sepi. Tidak ada events besar. Biasanya mereka memecah mendung dengan sinar laser dan hujan akan tertunda sampai awal tahun. Hujan jadi turun bersamaan dan sangat lebat di awal Januari. Tiba-tiba alam menjadi kembali normal sesuai kodratnya.

Bukan suatu kebetulan jawaban pertanyaan saya kepada Avalokitesvara di sebuah temple Wollongong telah terjawab. Saat itu semua rasanya tidak mungkin. Bukan suatu kebetulan saya bertemu dengan seorang Master yang memiliki 2 anjing bernama sama dengan 2 anjing di masa lalu saya. Bukan suatu kebetulan, saya bertemu dengan orang-orang yang mempermudah jalan hidup saya. Kalau orang-orang terdekatmu kurang memahami dan mendukung apa yang kamu jalani, akan ada orang lain yang vibrasinya selaras yang akan mengarahkan kamu. Kadang dengan cara yang tak terduga. Jika ini jalan hidup yang mesti kamu jalani, dan kamu mulai surrender, alam semesta akan mencari jalan untukmu. Kebanyakan kita resist dengan sesuatu yang menimpa kita, sehingga hidup jadi lebih sulit dan menderita. Kita akan menarik energi yang vibrasinya sama dengan kita. Kalau kita ingin menarik hal-hal yang baik dan positif, sebaiknya kita mesti memperbaiki kualitas energi kita. Salah satunya dengan meditasi. Banyak melepas, sehingga qi mengalir lebih lancar, karena banyak sumbatan yang terlepas.

Isi, kosong, isi…Tampaknya hukum alam ini yang menggerakkan alam semesta. Tidak ada yang permanen di dunia ini. Saat memiliki kita mesti merelakan kalau suatu saat semuanya akan kembali kosong…saat kosong, kita bisa menerima kembali. Seorang Master mengatakan kepada saya, latihan meditasi, qigong, taiji, dan latihan internal lainnya adalah seperti proses membuat patung, bukannya dengan menambah sesuatu, akan tetapi banyak membuang yang tidak perlu, sampai akhirnya tercipta sebuah karya yang indah. Media terus di pahat, dihaluskan, sampai tercipta akumulasi energi yang indah dan bermanfaat bagi sesama.

Kita semua adalah energi, dan terhubung satu dengan yang lain. Alam semesta tak henti-henti mengirim pesan kepada kita lewat berbagai instruments. Sinkronisitas. Tetapi tidak semua orang mampu mengerti maknanya. Semua tersirat dalam kitab I Ching (Yi Jing) yang telah berumur lebih dari 3000 tahun. Kitab Perubahan. Dikatakan bahwa, sesuatu yang tidak berubah adalah Perubahan itu sendiri. Mengupas mengenai filosofi alam semesta. Tentang kesadaran alam bawah sadar secara kolektif, yin dan yang, maskulin dan feminin, duality, fengshui dan five elements, TCM, strategi perang Sun Tzu, inti filsafat Dao De Jing, Laozi, blue print hidup kita, yang telah tercatat sejak kita dilahirkan. Sudah semestinya kita hidup harmonis dengan alam. Kita adalah manifestasi terkecil dari alam semesta. Apa yang ada di dalam diri kita, ada di alam semesta.

Carl Jung menyatakannya dengan sangat indah,

I Ching tidak menawarkan dirinya tentang bukti dan hasil yang nyata; dia tidak perlu itu untuk membuktikan dirinya sendiri, dia juga tidak perlu untuk dimengerti. Seperti halnya bagian dari alam, dia hanya menunggu sampai dirinya diketemukan maknanya secara alami.

Dia tidak menawarkan fakta atau kekuatan (jikapun ada hal seperti itu), meski tampaknya dia adalah kitab yang tepat untuk hal seperti itu. Bagi seseorang, ruh semangatnya terlihat cerah bagaikan di siang hari, bagi yang lain agak temaram seperti senja, bagi yang lain mungkin akan terlihat gelap bagaikan malam.

Mereka yang tidak setuju dengan hal itu tidak perlu menggunakannya, dan mereka yang menentangnya tidak diperbolehkan menemukan kebenarannya. Biarkan I Ching selanjutnya pergi ke dunia untuk memberi manfaat bagi mereka yang bisa memahami maknanya.”

Saat pandemi seperti ini, sangat baik dipakai untuk mengolah tiga sumber kehidupan kita/ sanbao/ the three treasures yaitu jing (essence), qi (life energy), and shen (spirit). Karena energi merupakan hasil kultivasi…hasilnya tidak akan segera terlihat, namun perlu kesabaran, ketekunan, dedikasi, integriti, dan komitmen untuk itu. Saat ketiga pusaka sumber kehidupan ini dalam keadaan harmonis, tentu hidup kita juga akan penuh dengan love, joy, and happiness. Sehingga akhirnya kita mampu mengenal inti diri kita…yaitu Menemukan Diri Kita Yang Sejati.

May all beings be happy and free from sufferings

Love you all

❤️

Rain in Jiang Nan

8 comments
6 FacebookTwitterPinterestLinkedinWhatsappEmail

Hutan bakau kembali aku lewati

Bersama sepi

Dan hening di dalam kendaraan

Yang aku naiki

Tampak bayangan burung terbang

Juga camar yang menginjak

Lumpur bakau

Tidak sedikit

Bercengkerama bebas tanpa terburu

Memberi waktu buat ikan payau

Kepiting dan kerang

Untuk berkembang biak

Setelah sekian abad

Hidup berakhir di kuali makan

 

Corona

Kau telah memberi celah

Bagi sebagian mahluk

Yang sedikit mendapat peluang

Keadaan lagi berpaling

Karma tengah berhitung

Pilihan jua tak banyak

Dan

Kau buat kami

Mencari sangat jauh

Ke lubuk hati

 

Di dalam kesunyian

Yang memelukku

Aku menemukan Diriku sendiri

Tanpa topeng

Lugu

Polos

Sederhana

Selalu girang

 

Selama ini

Kemana aku?

4 comments
5 FacebookTwitterPinterestLinkedinWhatsappEmail

Sedap malam mengajarku beberapa hal

Tentang kesabaran, cinta, dan konsistensi

Tiap hari kuntum layu

Mesti dibersihkan

Bila tidak, berguguran

Mengisi meja altar

Tangkai mesti di potong

Kuntum di atas

Mampu bermekaran

Menggambarkan impermanence 

Non-atthachment

Pengorbanan

Enlightenment

Present moment

Semerbak wangi imbang

Ke kuntum terakhir

Lambang cinta tanpa batas

Putih lambang suci

Juga damai

Merawat dan menjaga hati

Seluas samudera

 

4 comments
5 FacebookTwitterPinterestLinkedinWhatsappEmail

Joy and Happiness

by Surijani

Setengah tahun sudah terlewati, sejak Coronavirus-19 ditemukan pertama kali. Dengan berlalunya sang waktu. Banyak kisah yang telah di tuang. Saya amati, lebih banyak kisah pilu. Banyak orang tua yang rentan, mesti mengakhiri hidupnya, tanpa di antar sanak keluarga dan sahabat ke tempat peristirahatan terakhir. Seorang bintang film wanita muda India, mengakhiri hidupnya dengan gantung diri,  mengatakan tidak ada sesuatu yang lebih mengerikan, selain membiarkan impianmu mati. Steve Bing, salah satu producer film Hollywood juga mengakhiri hidupnya dengan terjun dari penthouse karena depresi dengan isolasi dan stres tidak bisa bersosialisasi dengan bebas. Tidak ada lagi batasan dan bisa menimpa siapa saja. Pun terhadap manusia paling berpengaruh di dunia. Covid-19 datang dengan tiba-tiba dan memerlukan tindakan pencegahan ekstrim. Kita tidak  bisa mencegah banyak tindakan ekstrim yang di ambil sebagai konsekuensi. Apalagi bagi orang-orang yang selama ini menggantungkan diri dengan self identities dan external distractions. Sudah pasti sangatlah berat. Sejatinya segala sesuatu di dunia ini selalu berubah, impermanent, tak tertutup kemungkinan, pada saatnya hal yang buruk akan berubah menjadi lebih baik. Beragam reaksi yang terjadi. Ada yang menghadapinya dengan gelisah, takut, panik, sedih, marah, tapi tak sedikit juga yang menghadapinya dengan biasa saja. Menerima kondisi yang tengah terjadi yang memang under control. Coronavirus telah merubah banyak hal di muka bumi ini. Kita perlahan berjalan menjauhi comfort zone kita. Mau tak mau, kalau tidak bisa di bilang di paksa. Perlahan topeng dan karakter manusia yang sebenarnya dilucuti. Yang paling berat adalah efek dari segi ekonomi. Dan masih akan berlanjut. Entah sampai kapan. Banyak orang tiba-tiba kehilangan pekerjaan, perusahaan besar banyak tumbang karena beban biaya yang sangat berat tanpa pemasukan, efek domino yang sangat luas dan kuat. Walau tak tertutup kemungkinan, pemain pemain baru bermunculan. Khususnya di bidang kesehatan. Saat ini, sangat nyata Ego dan Power hanya sebatas kata. Kerajaan bisnis yang telah di bangun dengan susah payah selama beberapa dekade bahkan abad, tiba-tiba hilang begitu saja. Milyaran pekerja kehilangan sandarannya. Jutaan entrepreneur dan CEO kehilangan identitas serta kebanggaannya. Kita semua tengah menuai buah Karma atas perbuatan kita selama ini. Karma kolektif. Sisi baiknya, Ibu Pertiwi di beri rentang waktu untuk menyembuhkan diri. Langit mulai sering tampak biru, lepas dari polusi. Bintang-bintang bisa terlihat lebih jelas di angkasa. Selama ini kita mengambil terlalu banyak. Karena keserakahan dan ego atas power dan kekuasaan. Saatnya kita memberi ruang dan waktu kepada the Universe yang telah memberi kita Unconditional Love. Kehidupan mesti berjalan dengan seimbang dan selaras.

Beberapa bulan saya menghabiskan waktu fokus dengan meditasi dan home cooking, karena pada awal pandemi, kuatir dan belum paham dengan apa yang tengah terjadi sebenarnya. Suatu hari timbul keinginan untuk berkreasi terhadap meditasi pond yang selama 1.5 tahun tak tersentuh karena belum ada ide. Saya sering melakukan sesuatu menurut panggilan batin. Saya mulai terbiasa memperhatikan, semua hal ada waktunya. If its meant to be, its meant to be. Saat ini, Covid-19 menekankan hal itu dengan jelas dan transparan. Bahkan bagi orang orang yang memiliki ego paling tinggi sekalipun, hal ini mulai dirasakan. Ada kekuatan maha agung tak terlihat yang mengatur hidup dan kehidupan ini.

Ide pertama yang muncul adalah tanaman dan bunga gantung. Sesuai dengan layout dari bangunan yang terdiri dari banyak wood line. Dan tempat yang terbayang pertama di benak saya adalah secret garden, Sari Sekar Nursery di desa Penglipuran. Setelah makan siang, saya berangkat di antar sopir. Tidak seperti hari hari biasa yang membutuhkan waktu lama, saya tiba lebih cepat karena jalanan yang sepi. Bali tengah di isolasi dan belum menerima tamu dengan leluasa. Terutama dari luar negeri. Negara Australia juga tidak mengijinkan warganya untuk bepergian ke luar negeri, setidaknya sampai akhir tahun. Banyak warga Australia telah menganggap Bali sebagai rumah kedua mereka.

Karena tidak membuat janji, saya tidak bertemu dengan Bapak Syukur di kebun, tetapi ada Bapak Nengah, salah satu staf kepercayaan Sari Sekar Nursery. Ternyata Pak Syukur ada di rumah. Desa Penglipuran juga tengah di isolasi. Setiap bulan masing-masing keluarga mendapat jatah sembako dari kepala desa. Karena otomatis tidak ada pemasukan buat mereka. Selama ini desa Penglipuran menggantungkan pendapatannya dari sektor pariwisata. Akhirnya saya menghubungi Pak Syukur, untuk datang ke kebun, supaya lebih leluasa membeli tanaman yang saya inginkan. Sebab sebelumnya pernah bertemu dan sudah  ada chemistry. Saya menyukai beberapa koleksi Ning. Founder Sekar Sari Nursery yang telah passed away. Namun karena merupakan koleksi, tanaman tidak bisa saya bawa pulang. Hati saya juga ingin koleksi Ning tetap di Penglipuran. Biarlah aura dan energinya tetap sebagai tambahan daya tarik desa Penglipuran karena memiliki histori. Pak Syukur berjanji akan membuatkan yang baru tanaman pilihan saya. Bisa di ambil lain kali. Senang akhirnya bisa membawa pulang 3 plant bags dan beberapa pot bunga lain. Setelah negosiasi sedikit panjang dengan Bapak Nengah. Pilihan saya, Begonia, Petunia, Vinca, Lipstik, Dahlia, bunga Matahari, dan Miana.

Berhari saya habiskan waktu menghias meditasi pond. Sekali ide keluar, rasanya terus mengalir deras. Setiap pagi saya curahkan perhatian seperti merawat bayi. Indah sekali. Memberi saya banyak kedamaian dan ketenangan hati di tengah situasi dunia yang tidak menentu. Warna warni. Saat ini tidak ada yang lebih berharga selain a peaceful mind. Joy and happiness untuk sesuatu yang sederhana. Melalui bunga, saya melihat impermanence. Juga tersirat dengan jelas segala sesuatu mesti di jaga, dicintai, dan di rawat dengan hati. Seperti bumi pertiwi yang tengah sakit dan menyembuhkan diri. Tetapi berapa manusia yang sadar akan hal ini? Sehingga the Universe memilih caranya sendiri untuk memulihkan diri. Sifat manusia, kalau tidak di paksa, pada dasarnya sering kali tidak mendengar dan tidak menghiraukan panggilan alam. Selalu sibuk mencari sesuatu yang eksternal, lupa akan hakekat Diri, yang bersumber dari dalam Diri yang Sejati. Setelah sekian lama manusia mabuk kepayang dan membabi buta. Saat ini seakan Tuhan berkata, “I am in charge”. Semoga Tuhan berbelas kasih dan memaafkan dosa dosa kita.

Ning…
Spiritmu membuat hijau desa Penglipuran, kubawa ke Jimbaran. Membangkitkan bakat, dan kecintaanku akan alam yang pernah bisu. Akan kutebarkan keindahan di mulai dari diriku sendiri. Dan lingkungan yang paling mudah ku jangkau.

Tiba-tiba kudengar gema suling dihatiku. Dan gemericik air dari meditasi pond terdengar jelas dan merdu bersenandung.

May all beings be happy n free

Love you all

❤️

Karma-by Takeshi Abo

10 comments
6 FacebookTwitterPinterestLinkedinWhatsappEmail